Numismatika: Keputusan Terbaik Soal Uang Saat Usia 20 tahunan

12:38 AM



Kembali lagi berjumpa dengan diriku! Buat kalian yang belum kenal aku, hai perkenalkan aku Vindia. Seorang perempuan yang suka dan tertarik dengan isu keuangan dan kesehatan mental. Salam kenal! 

Cukup lama tidak merealisasikan ide-ide di kepala terkait konten blog. Jadi mari kita mulai mencicil saja, daripada tidak sama sekali. 

Sebelum membahas soal isu seputar keputusan terbaik yang dilakukan terkait uang, ada baiknya aku memperkenalkan rubrik baruku. Namanya NUMISMATIKA. 

Pertama, saya ucapkan terima kasih kepada sang inisiator pemberi nama Numismatika. No mention. Hehe Numismatika artinya sebuah studi atau kegiatan mengumpulkan koin, uang kertas, token, dan benda-benda yang punya nilai unik dan antik. Hampir mirip dengan tema rubrik kali ini, yaitu mengumpulkan informasi atau pengalaman soal uang.


Edisi pertama kali ini akan membahas soal keuangan, tepatnya keputusan terbaik yang diambil pada usia 20 tahunan terkait uang. 


 

Kalau ngobrolin usia 20 tahunan, tentu lagi masa-masanya dapat pekerjaan baru atau kuliah. Berdasarkan pengalamanku, usia 20 tahunan, target realistisku adalah tidak menyusahkan orangtua soal duit. Maklum aku bukanlah dari keluarga berada, jadi sadar betul bahwa uang tidak mudah didapatkan. Aku harus berusaha untuk mendapatkannya. 

Jadi berikut adalah keputusan terbaik soal uang saat usia 20 tahunan versi pengalamanku.

Mencari beasiswa selama kuliah.

Tentu sebagai manusia yang tidak ingin menyusahkan orangtua. Semasa mahasiswa, aku mulai cari beasiswa. Sempat beberapa kali ditolak dengan alasan nggak tau apa, pada akhirnya 2013 mendapat rezeki bahwa aku lolos beasiswa KSE. Thanks to Yayasan Karya Salemba Empat yang memberikanku beasiswa dari 2013-lulus🤝❤️. 

Mulai cari kerja sampingan. 

Sebagai mahasiswa ambisius dan penuh jiwa muda, aku memilih kegiatan yang fokusnya mengasah skill dan jejaring. Aku memilih bergabung dengan organisasi yang levelnya di tingkat universitas, misalnya gabung di unit kegiatan mahasiswa (UKM) Bulaksumur. Dari situ, mulai banyak tawaran nulis dan freelance. 

Modal jejaring dari alumni atau anggota dari Bulaksumur, pada akhirnya nyobain banyak freelance nulis yang berujung dapat tambahan uang. Emang nggak sebanyak yang kalian kira, tapi sangat cukup untuk jajan atau nyetak tugaa mahasiswa. 

Nabung di rekening yang nggak ada ATM. 

Sejak memiliki uang beasiswa dan tambahan freelance, uang tersebut sebagian aku masukkan ke rekening. Jadi sebetulnya sejak SD, aku sudah punya tabungan sendiri. Namanya tabungan buat anak-anak, fasilitasnya terbatas. Emang rekening buat nabung gitu. Yaudah kusetorkan uang tersebut ke bank. 

Menabung di rekening tanpa ATM adalah keputusan terbaik karena tiap ingin mengambil uang, aku harus berusaha ke bank dulu. Manusia nggak mau ribet ini pun memilih tidak mengambilnya karena malas mengantri hmm.. Jadi momen ambil uangnya kalau benar-benar kepepet dan mendesak aja :))

Belajar keuangan dan investasi.

Setelah kuliah, dapat kerjaan baru. Keputusan terbaikku adalah berada di lingkungan yang supportif soal uang. Literasinya soal uang beneran TOP. Masa transisi jadi fresh graduate, teman-temanku udah heboh soal saham dan crypto. Itu sekitar 2016, jadi informasinya belum semasif sekarang. 

Keputusanku untuk mencoba belajar saham dibantu oleh temanku. Kemudian aku juga sempat mengikuti workshop soal investasi dari Jouska. Ikutan kelasnya pas masih belum hits dan biaya kelasnya masih terjangkau untuk sobat UMR. 

Berangkat dari workshop, aku pun dibantu membuka rekening dana nasabah untuk beli saham. Lalu kepo-kepo dan terjun ke pasar modal. 


Punya dua tabungan terpisah.

Memiliki pekerjaan tetap adalah salah satu fase terbaik dalam belajar mengelola keuangan. Kenapa? Aku seolah dituntut untuk mandiri secara finansial. Ngatur uang masuk dan keluar dengan sebaik mungkin. Apalagi gaji saat ini masih di atas UMR dikit.  

Aku mengatur gaji dengan menyisihkan uang terlebih dahulu untuk ditabung di rekening yang tanpa ATM. Kemudian, aku memaksimalkan uang yang ada di rekening penggajian dengan bijaksana.

Beli emas dan perhiasan.

Belakangan aku lagi berpikir, ternyata membeli emas bukanlah pilihan yang salah. Walaupun pas beli dulu dipaksa mama dan merasa ngapain beli emas kalau nggak suka pakai perhiasan. Hmm pada akhirnya aku sadar sekarang, kalau dulu aku tidak beli emas. Hasil kerjaku tidak kelihatan😂 Daripada menguap entah ke mana, mending dibeliin emas. 

Mencatat cashflow.

Menyambung soal uang yang menguap entah ke mana, padahal gajian mulu tiap bulan. Hmmm langkah yang sangat-sangat aku senangi dan merasa kebiasaan terbaik adalah rajin mencatat keuangan. Jadi aku sering punya notes kecil/buku yang isinya catatan pengeluaran dan pemasukan. 

Buat kamu yang nggak suka mencatat secara manual, bisa banget pakai aplikasi. Sekarang banyak pilihan. Senyamannya ajaaaa…


Traveling.

Kenapa traveling masuk dalam keputusan terbaik dalam keuangan? Tentu saja! Achievement banget bisa mengumpulkan uang untuk akomodasi ke luar negeri. Liburan ke sana ke mari, staycation sampai camping seru adalah best decision in my life. Mumpung masih muda, jangan ngirit dan pelit sama hidup, tapi tetep ya ingat prioritas dan tujuan keuanganmu.

Belajar instrumen investasi.

Mumpung masih muda, jiwa dan perasaan ingin tau sangat menggebu. Aku berani mencoba beragam instrumen investasi, mulai dari deposito, emas, saham, obligasi sekunder, reksadana, hingga P2P lending. Intinya berani mencoba dari nominal kecil hingga cari tau atau riset: Nantinya bakal nemu yang cocok. Evaluasi terus, learning by doing. 

Memberi ortu dan keluarga. 

Ini memang tidak wajib, tapi aku sering membantu orangtua semampuku. Sempat kepikiran jadi sandwich generation itu beban sekali, tapi belajar mengubah mindset (yang sampai sekarang masih terus diasah). 

"Aku beruntung masih memiliki orangtua lengkap, masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menyenangkan hati orangtua semampunya. Ikhlasin untuk beribadah, InshaAllah berkah."
KAMU TIDAK SENDIRIAN KOK! MARI BERGANDENGAN TANGAN! 


You Might Also Like

2 comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete