Hai blog. Maaf ya, saya sempat menduakanmu. Hehe
Akhir-akhir ini saya kembali mengaktifkan tumblr. Sederhana alasannya, biar update, nggak terkesan ditinggalkan. Hehe meskipun sebenarnya sempat saya tinggalkan, karena saya ingin fokus ke blog saja.
Hampir setahun saya vakum dari tumblr, namun akhirnya saya kembali mengisi lembaran demi lembaran di tumblr. Kalau kalian selo, kalian boleh buka pilipindi.tumblr.com
Inginnya membawa suasana keseharian dariku. Semacam jurnal harian gitu, namun beberapa hari bolong nggak nulis. Alhasil ya begitulah adanya.
Kadang saya masih binggung, blog saya yang ini arahnya kemana? Kontennya apa? Isinya apa? Kok nggak jelas? kok macem-macem? Kadang galau, kadang seneng, kadang soksok puitis, dan lain-lain.
Hmm saya sendiri pun binggung. Ke depannya pengen bikin konten yang lebih bermutu. Tapi tapi, bikin tulisan yang serius kok kesannya ngebosenin ya? Huft binggung.
Balik ke tulisan di bawah nama blog ini. "Sukanya membingkai hal-hal di pikiran," yep yep, semua tulisan saya di blog ini adalah hasil dari pikiran saya yaaaaaang macem-macem. Hehe jadi maklumlah, jika blog ini kontennya macem-macem.
Well said. Wkwk *ngeles aja*
Baiklah, kalian bisa baca kedua tulisan saya, baik di tumblr atau blog ini. Jangan banyak-banyak baca nanti ketagihan :")
Sekian dan terima kasih.
Aslinya pengen nulis tentang 2015, kegagalan, kurangnya motivasi, hasil seminar/event yang diikuti, maupun keinginan 2016, tulisan kkn jugaaaa. Letter project jugaaaaaak. Yep kudu semangat nulis.
Maaf ya, saya sering malas ngetik buat cerita, lagi bosen ngetik naskah masa depan. You knowlaaaah :p
Xoxo
Akhir-akhir ini saya kembali mengaktifkan tumblr. Sederhana alasannya, biar update, nggak terkesan ditinggalkan. Hehe meskipun sebenarnya sempat saya tinggalkan, karena saya ingin fokus ke blog saja.
Hampir setahun saya vakum dari tumblr, namun akhirnya saya kembali mengisi lembaran demi lembaran di tumblr. Kalau kalian selo, kalian boleh buka pilipindi.tumblr.com
Inginnya membawa suasana keseharian dariku. Semacam jurnal harian gitu, namun beberapa hari bolong nggak nulis. Alhasil ya begitulah adanya.
Kadang saya masih binggung, blog saya yang ini arahnya kemana? Kontennya apa? Isinya apa? Kok nggak jelas? kok macem-macem? Kadang galau, kadang seneng, kadang soksok puitis, dan lain-lain.
Hmm saya sendiri pun binggung. Ke depannya pengen bikin konten yang lebih bermutu. Tapi tapi, bikin tulisan yang serius kok kesannya ngebosenin ya? Huft binggung.
Balik ke tulisan di bawah nama blog ini. "Sukanya membingkai hal-hal di pikiran," yep yep, semua tulisan saya di blog ini adalah hasil dari pikiran saya yaaaaaang macem-macem. Hehe jadi maklumlah, jika blog ini kontennya macem-macem.
Well said. Wkwk *ngeles aja*
Baiklah, kalian bisa baca kedua tulisan saya, baik di tumblr atau blog ini. Jangan banyak-banyak baca nanti ketagihan :")
Sekian dan terima kasih.
Aslinya pengen nulis tentang 2015, kegagalan, kurangnya motivasi, hasil seminar/event yang diikuti, maupun keinginan 2016, tulisan kkn jugaaaa. Letter project jugaaaaaak. Yep kudu semangat nulis.
Maaf ya, saya sering malas ngetik buat cerita, lagi bosen ngetik naskah masa depan. You knowlaaaah :p
Xoxo
Saya kira masalah orang dewasa yang begitu kompleks hanya ada di layar kaca. Seperti masalah ayah ibu dan yang mereka permasalahkan.
Ternyata saya salah. Masalah itu ada dan benar-benar ada. Apa yang ada di layar kaca kan banyak yang terinspirasi dari kisah nyata, vin.
Saya kira masalah orang dewasa akan jauh dari jangkauanku.
Lagi-lagi, saya salah. Masalah orang dewasa selalu mengikuti satu langkah di belakang, depan, dan samping kiri-kanan.
Sadarkah kalian orang dewasa? Ada yang menyaksikan permasalahan kalian. Perdebatan sengit kalian. Ku rasa kalian terlalu nggak peduli dengan para penonton itu. Yang kalian pedulikan adalah kebahagiaan kalian sendiri.
Entah sampai berapa lama lagi, penonton harus melihat adegan-adegan. Penonton itu tak dapat berpaling. Ada rantai di kedua kakinya. Memaksanya untuk tinggal dan menyaksikan itu semua. Sesekali penonton menangis karena tak sanggup. Beberapa kali menutup kedua matanya untuk menghalangi pandangannya. Apa yang didapat? Suara bising menyeruak. Penonton pun mengarahkan kedua tangannya ke lubang telinga. Mata terbuka. Ia kembali menyaksikan adegan demi agenda. Namun ia sadar, ia dapat memejamkan mata sembari menutup telinga. Seketika gelap dan sunyi.
Penonton itu kini berada dalam kegelapan dan kesunyian. Kehilangan pemandangan indah nan membahagiakan. Kini penonton merasa terkurung dan terkekang.
Mau sampai kapan bertahan, penonton?
Xo
Sore itu, saya masih betah nongkrong di depan layar komputer milik kampus. Dalam rangka memperjuangkan impian dan harapan di tahun depan.
Suasana memang seperti biasa, sepi tanpa suara. Berulang kali saya mengamati sekeliling, sembari melepaskan kebosanan. Tampak mas dan mbak yang juga menghadap layar komputer di meja masing-masing dengan serius.
Bosan? Tentu.
Saya pun sudah menyiasatinya dengan membawa laptop dan earphone. Fasilitas wifi pun mampu menjadi pengusir kebosanan. Lanjutlah saya membuka laman youtube dan mengetikan keyword nama-nama musisi lokal/indie. Berkat laman youtube pula, saya mulai mengenal sebuah musisi lokal asal Jakarta bernama Marcomarche.
Marcomarche merupakan musisi indie yang terdiri atas sepasang kekasih. Pertama mendengar, saya langsung jatuh hati. Macam bertemu dengan jodoh di pandangan pertama. Namun demikian, saya jatuh cinta dengan alunan musiknya. Sungguh menenangkan dan enak didengar.
Nggak percaya? Coba dengerin sendiri deh :')
XOXO
November, bulan
kesebelas ini selalu menyisakan kesan.
Beberapa hari lalu, saya menuliskan twit di akun saya.
Sedikit ngaco, karena ditulis pada
jam dini hari. Malam itu, saya nggak bisa tidur karena sebuah hal. Sebelumnya
saya diguyur ramuan bawang nan bau semerbak. Membuat mata ini enggan terlelap.
Pada akhirnya, saya main gawai yang sama miliki. Download Duel Otak, main acak.
Mantengin Instagram, lama-lama bosen. Saya pun membuka twitter. Mulailah saya
mikir ngaco.
Karena nggak punya foto payung, hujan pun menjadi penyelamat dokumentasi. |
November, hujan, dan payung.
Tiga hal yang berkaitan dalam durasi setahun ini. Tahun lalu
(2014-red) di bulan yang sama.
Menjelang perayaan event empat tahunan di Bandung. Saat itu, musim sedang
memihak pada mendung. Saya pun menyempatkan ke toko membeli payung. Saya akan
mengunjungi kota Bandung, maka saya memerlukan payung untuk menjaga diri ketika
hujan tiba. Benda tersebut akan menemani perjalanan.
November tahun lalu, kelihaian benda tersebut dibuktikan
untuk pertama kalinya. Betapa bahagianya hujan, payung, dan november kala itu.
Karenanya, saya bisa mengantre souvenir sembari menikmati hujan. Dapat pula
melihat romantisme sang walikota Ridwan Kamil dan istri ketika hujan.
Fungsi dari payung pun tak sebatas pada musim hujan. Musim
lain pun juga bisa digunakan, misalnya musim kemarau. Matahari terik mampu
diminimalisir dengan payung. Payung November ini sangat bermanfaat. Sangat
membahagiakan ketika hujan maupun terik, payung selalu ada menyertai. Namun
demikian, usianya tak panjang. Bulan Juli lalu, saya berkesempatan melakukan
perjalanan jauh ke Indonesia timur. Payung itu pun saya bawa, karena
rekomendasi teman yang lebih dulu tiba di sana. Teman saya mengatakan bahwa
lokasi yang akan saya tuju sedang musim
hujan. Lantas, saya membawa payung tersebut.
Sungguh, jika Tuhan sudah menakdirkan sesuatu. Manusia bisa
apa? Dalam sebuah perjalanan menuju desa, payung saya jatuh. Ya, transportasi
yang saya gunakan memiliki lubang di bagian alasnya. Terlebih jalanan yang
bergelombang membuat kendaraan tak bisa berjalan normal. Goncangan ke kiri dan
kanan kental dengan perjalanan itu. Mari kita ikhlaskan payung tersebut menjadi
milik orang lain. Bisa jadi, ada orang yang lebih membutuhkan :”)
XOXO
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh obrolan dan keadaan di tengah Bulan Oktober 2015.
Siang itu, sesuai kesepakatan sebelumnya. Saya mengantar
mama ke rumah sakit. Tak enak hati
membatalkannya, karena memang saya yang ingin mengantarkan beliau. Saat itu,
keadaan saya sedang tidak enak. Semacam akan sakit, pasalnya badan saya merasa
linu dan kedinginan luar biasa. “Ah ini mah, mau flu,” batinku saat itu.
Asumsi
tersebut dibangun dengan landasan tak berdasar. Pada akhirnya, sebelum
menjemput mama, saya menyempatkan mampir ke apotek untuk membeli masker dan
vitamin. Mengantar mama pun hanya prolog dari kisah panjang ini. Sepulang dari
rumah sakit, badan saya semakin menjadi. Pening di kepala semakin terasa, badan
linu pun semakin mengena. Vitamin pun sudah saya minum. Akhirnya saya
menyempatkan diri untuk merebahkan badan saya dengan jaket tebal-ketika
matahari sedang terik-teriknya.
Melihat
keadaan yang kurang sehat, mama pun menyarankan saya untuk periksa. Saya pun
menolak dengan tegas. “Nggak mau, paling cuma mau flu aja. Minum vitamin, air
putih, makan, plus istirahat juga sembuh,” jelasku. Mama pun seolah memaklumi
alasan dan kebiasaanku ketika sakit. Berbicara tentang sakit, saya jadi
teringat dua bulan di perantauan. Saya pun dianugerahkan sakit oleh Yang Maha
Kuasa.
Saya dan Sakit
Kalau ngomongin sakit, saya tipe orang yang suka memelihara
sakit. Itulah komentar dari salah satu teman. Hal tersebut pun disetujui oleh
Mama. Eits, jangan salah persepsi dulu, yaaa. Percayalah, semua orang tak ada
yang ingin sakit, termasuk memeliharanya. Saya pun begitu. Jadi maksud dari memelihara sakit adalah tidak
segera mengambil tindakan penanganan untuk sakit itu. Penanganannya seperti
minum obat.
Bagi orang yang mengenal saya secara dekat, tentu akan
mengetahui mengapa saya tidak menyukai-menghindari obat. Demi apapun, saya
lebih memilih melakukan treatment lain, daripada meminum obat. Saya orang yang
rewel kalau sakit, itu pun kata teman. Langsung saya anggukan kepala, tanpa
menolak. “Namanya juga sakit, rewel dikit maklumin aja,”
pembelaanku.
Sakit dan Teman
Entah, saya nggak bisa milih subjudul yang cocok untuk ini.
Alhasil saya tulis sekadarnya. Sakit dan Teman, apa hubungannya? Jadi begini,
suatu ketika saya sedang sakit. Eh teman saya juga sakit. Kita sakit disaat
bersamaan dengan lokasi yang sama pula. Ada kisah menarik yang masih membekas
dalam benak saya. Saya bukan tipe orang yang periksa ke dokter, karena bagi
saya penanganan preventif dan pertolongan pertama lebih utama. Berbeda dengan
teman saya, dia adalah tipe yang berlawanan dengan saya.
Suatu ketika, kami pergi bersama ke sebuah puskesmas di sore
hari. Tentu, puskesmas sudah tutup. Jalan terakhir adalah mendatangi rumah
dokter yang lokasinya tepat di seberang Puskesmas. Sebelum sampai di rumah
dokter, kami berbincang mengenai biaya. Obrolan singkat tersebut menjuru pada
kira-kira berapa uang yang harus dikeluarkan? Tak ada yang menjawab, pertanyaan
tersebut. Hanya muncul sebuah pernyataan, “aku nggak bawa uang vin. Uangku
cash-ku habis.” Mendengar pernyataan tersebut, aku pun menjawab. “Aku juga
nggak bawa uang. Trus bayarnya gimana?” Lagi-lagi pertanyaan itu tak menemukan
jawaban hingga tiba di rumah dokter.
Pada akhirnya, kami menceritakan apa yang dirasakan dan
kronologi sakit. Setelah itu, dokter memberikan penangangan dan beberapa obat
untuk kami. Saya hanya diberikan wejangan dan obat, sedangkan teman saya lebih
dari itu. Dia diberikan suntikan. Tanpa menanyakan biaya, kami pun mengucapkan
terima kasih untuk dokter telah melakukan penangganan pada kami. Kami pun pamit,
tanpa membayar biaya. Ya, karena memang kami nggak membawa uang. Pamit pun
rasanya berat dan nggak tega, tapi keadaan mengajak kami untuk tega. Baiklah,
kami pun pulang ke rumah. Dari lubuk hati
terdalam, saya mengucapkan terima kasih kepada dokter.
Butuh kamu-teman.
Subjudul kali ini ditujukan untuk penyelemat kerewelan saya.
Ketika sakit mendera tiada henti, tubuh ini memberikan sinyal menyerah. “Ya, saya harus minum obat. Nggak bisa kalo
gini terus,” ungkapku menyerah. Saya pun minum obat dengan perjuangan
berat. Emang berlebihan, tapi itulah yang aku rasakan. Untunglah, saya memiliki
teman yang rela berkorban dan mau membantu. Terima kasih kepada teman yang mau
membantu saya minum obat wkwk. Hanya keluarga dan teman yang tahu :’) uuuuu
kalau sakit, saya jadi keinget kalian. Makasih yaaaaaaa :’))
XOXO
Untukmu,
Lelaki yang ku kenal Bang Toyib (bukan nama sebenarnya).
Aku mengenalmu sama halnya mengenal dunia kampus. Ya selama itu juga, aku belajar memahami banyak karakter orang. Sampai saat ini, aku masih mengenalmu, juga memahami karakter orang. Bedanya, aku denganmu memiliki jeda yang cukup banyak. Intensitas kita pun tak semulus jalan tol. Kadang kau hadir di sela kehidupanku, kadang juga kau pergi begitu saja. Ya mungkin maksudmu untuk menjalin silaturahmi denganku. Mungkin bagimu pula, cara tersebut mampu menjawab sesuatu hal tentangku atau melepas sebuah hal yang sedang kau rasakan. Entah ada berapa kemungkinan yang selalu aku ungkapan untuk mengatakan bahwa, hal yang kau lakukan selama ini, adalah hal biasa. Bukan apa-apa.
Dulu suatu ketika, ada kemungkinan lain kuat menjalar di benakku. Meruntuhkan dinding kokoh ketidakpedulianku terhadapmu. Aku mulai larut dalam suasana lain itu. Namun, ada hal lain yang menunjukkan. Aku tak boleh seperti ini. Aku harus mengendap. Mempertahankan seperti sebelumnya. Yep. Aku pun menerima keadaan itu dan menjadikanku endapan yang akan mengeras seiring waktu.
Kini dengan suasana baru, setelah sekian waktu. Lagi-lagi, kau kembali datang.
Apakah aku harus melarutkannya? atau mempertahankan endapan ini?
What should I do, dude?
XOXO
Hai kalian! Lama tak bersua di blog ini. Menindaklanjuti postingan sebelumnya. Tentu kalian tahu, mengapa saya tidak menuliskan sesuatu di sini. Saya nggak harus cerita lagi kan? hehe.. Mending baca di sini kalau belum tahu.
*jeng jeng jeng*
Kini saya kembali. Lebih tepatnya kembali ke-aktivitas sebagai mahasiswa tingkat lanjut~(nggak mau nyebut tingkat empat).
Sebagai mahasiswa tingkat lanjut, tentunya banyak aktivitas lanjutan(ya, semoga kalian tahu aktivitas apa ini). Oke tanpa bermaksud menceritakan aktivitas lanjutan. Saya cenderung tertarik untuuk menceritakan pengalaman saya dua bulan kemarin(Juli-Agustus-red).
Langsung saja yah! : D
Seperti dugaan awal. Saya memiliki banyak cerita terkait pengalaman KKN. Saking banyaknya, saya binggung mau mulai dari mana. (Ini jujur dari hati, bukan alasan doang yah). Kalau begitu, kita mulai dari perasaan saya paska KKN ya.(Perasaan didahuluin ya vin? Baper ya?) hehe Hmm kalau boleh jujur, saya jawab iya. Saya bawa perasaan (baper). Baper dalam arti bukan sebenarnya yah. Bukan baper cinta-cintaan antara temen hidup dua bulan : p Saya baper sama suasana KKN, lingkungannya, kehidupannya, perasaan hidupnya tanpa ngurusin "kehidupan akademis".
Before-After KKN
Dua bulan memang terbilang singkat untuk sebuah ukuran waktu. Namun demikian, bagiku dua bulan waktu yang cukup lama untuk mengubah hal-hal dalam diri. Sebelum berangkat KKN, saya dan tim MLK-04 AS2015 mendapat pengarahan dari DPL. Intinya, saya dan tim harus menuliskan 10 hal yang ingin diubah dalam diri saya. Hmmmm.. "Apa ya?" Lalu menulis di secarik kertas, kemudian dikumpulkan. Beliau berkata, "kita lihat, apakah setelah KKN 10 hal tersebut dapat berubah atau tidak?"
During KKN
Kalau disuruh menjelaskan selama KKN, akan ada banyak lembaran halaman yang harus disediakan. Cukup LPK dan catatan perjalanan pribadi saja yang menjadi saksi susah, sedih, bahagia, gembira, derita, perjuangan, kenyamanan menjalani hidup di desa lokasi KKN. Ya intinya kayak hidup. Ada suka, ada duka. Jelassss~ Mungkin di postingan selanjutnya, saya akan menuliskan beberapa hal menarik selama KKN yah. ((mungkin)). Doakan saja, saya sempat~ Amiin.
Lalu sekarang mau nulis apa, vin?
Ya, cuma mau bilang. KKN itu seru!
Bikin baper~ Bikin kangen, bikin homesick.
Bikin kenal budaya lain, bikin bahagia, bikin kenangan indah, bikin kenal temen, nemu saudara:')
Nambah relasi, nambah pengalaman, nambah dewasa.
Perubahan KKN
Saya akui, KKN dapat memberikan dampak buat saya pribadi. Paska KKN, saya merasa lebih "dewasa" pemikirannya. Lebih bisa jaga ego, lebih bisa mandiri, dan lebih pengetahuannya, dan lebih lainnya. Ya, kamu akan mengalaminya. :')
Oke, sekarang mari kita berkenalan dengan rekan, kawan, saudara, gandong(sebutan saudara di Maluku-red) Tim KKN-PPM UGM AS2015 MLK-04 :)
#Selarudenganmu
Tim KKN saya cukup unik yah. Dari awal terbentuk isinya temen-temennya temen. Kemudian jadi satu. Selanjutnya, buka open recruitment. Komplit sudah, beta pung kelompok. Jumlahnya 28 anak, terdiri atas 14 laki-laki dan 14 perempuan. Berasal dari beragam fakultas dan beragam karakter diri, kemudian bersatu menjadi tim #selarudenganmu (Sebutan/ slogan tim KKN UGM Maluku Tenggara Barat). Jadilah sekumpulan mahasiswa dengan tekad belajar mengabdi di Pulau Selaru, Maluku Tenggara Barat, Maluku, Indonesia. FYI: tahun 2015 tim dibagi menjadi dua sub unit dengan desa yang berbeda. Pada akhirnya, kami membagi anggota menjadi dua unit.
Nih yang mau kenalan sama anak-anak #selarudenganmu
Kormanit: Erma S Wienari
Kormasit A (Kandar): Edwin
Kormasit B (Namtabung): G.M. Candraruna (Sumbing sapaannya-red)
Tim Kandar:
Eje, Mas Sony, Wimar, Oten, Dinda, Dea, Deni, Mbak Hasri, Suci, Edwin, Eva, Imel, Ardha, dan Angga.
Tim Namtabung:
Saya, Mas M Fariz Nasution (Fariz), Mas Franky Montana (Franky), Krisna Pujianti (Eno), Tiyassari Basara (Babas), BellaTongke Riskaputri (Bella), Widyastama R (Dyas aka Aceng), Vidyanto Purusadhi (Puru), Risfatul Ulya (Uly), Zuha Udia Fanessi (Juha), Mas Anugrah R Alfani (Anu), Aisya Jaya D (Aya), Kormanit dan Kormasit :')
Ini bukan akhir tulisan saya tentang KKN. Pasti akan ada lagi. Tunggu saja~ Eniwei beta su mengantuk ini. Beta ada nulis jam 23.00-an :D sekian yaaah
XOXO
*jeng jeng jeng*
Kini saya kembali. Lebih tepatnya kembali ke-aktivitas sebagai mahasiswa tingkat lanjut~
Sebagai mahasiswa tingkat lanjut, tentunya banyak aktivitas lanjutan
Langsung saja yah! : D
Seperti dugaan awal. Saya memiliki banyak cerita terkait pengalaman KKN. Saking banyaknya, saya binggung mau mulai dari mana. (Ini jujur dari hati, bukan alasan doang yah). Kalau begitu, kita mulai dari perasaan saya paska KKN ya.
Before-After KKN
Dua bulan memang terbilang singkat untuk sebuah ukuran waktu. Namun demikian, bagiku dua bulan waktu yang cukup lama untuk mengubah hal-hal dalam diri. Sebelum berangkat KKN, saya dan tim MLK-04 AS2015 mendapat pengarahan dari DPL. Intinya, saya dan tim harus menuliskan 10 hal yang ingin diubah dalam diri saya. Hmmmm.. "Apa ya?" Lalu menulis di secarik kertas, kemudian dikumpulkan. Beliau berkata, "kita lihat, apakah setelah KKN 10 hal tersebut dapat berubah atau tidak?"
During KKN
Kalau disuruh menjelaskan selama KKN, akan ada banyak lembaran halaman yang harus disediakan. Cukup LPK dan catatan perjalanan pribadi saja yang menjadi saksi susah, sedih, bahagia, gembira, derita, perjuangan, kenyamanan menjalani hidup di desa lokasi KKN. Ya intinya kayak hidup. Ada suka, ada duka. Jelassss~ Mungkin di postingan selanjutnya, saya akan menuliskan beberapa hal menarik selama KKN yah. ((mungkin)). Doakan saja, saya sempat~ Amiin.
Lalu sekarang mau nulis apa, vin?
Ya, cuma mau bilang. KKN itu seru!
Bikin baper~ Bikin kangen, bikin homesick.
Bikin kenal budaya lain, bikin bahagia, bikin kenangan indah, bikin kenal temen, nemu saudara:')
Nambah relasi, nambah pengalaman, nambah dewasa.
Perubahan KKN
Saya akui, KKN dapat memberikan dampak buat saya pribadi. Paska KKN, saya merasa lebih "dewasa" pemikirannya. Lebih bisa jaga ego, lebih bisa mandiri, dan lebih pengetahuannya, dan lebih lainnya. Ya, kamu akan mengalaminya. :')
Oke, sekarang mari kita berkenalan dengan rekan, kawan, saudara, gandong(sebutan saudara di Maluku-red) Tim KKN-PPM UGM AS2015 MLK-04 :)
#Selarudenganmu
Tim KKN saya cukup unik yah. Dari awal terbentuk isinya temen-temennya temen. Kemudian jadi satu. Selanjutnya, buka open recruitment. Komplit sudah, beta pung kelompok. Jumlahnya 28 anak, terdiri atas 14 laki-laki dan 14 perempuan. Berasal dari beragam fakultas dan beragam karakter diri, kemudian bersatu menjadi tim #selarudenganmu (Sebutan/ slogan tim KKN UGM Maluku Tenggara Barat). Jadilah sekumpulan mahasiswa dengan tekad belajar mengabdi di Pulau Selaru, Maluku Tenggara Barat, Maluku, Indonesia. FYI: tahun 2015 tim dibagi menjadi dua sub unit dengan desa yang berbeda. Pada akhirnya, kami membagi anggota menjadi dua unit.
Nih yang mau kenalan sama anak-anak #selarudenganmu
Kormanit: Erma S Wienari
Kormasit A (Kandar): Edwin
Kormasit B (Namtabung): G.M. Candraruna (Sumbing sapaannya-red)
Tim Kandar:
Eje, Mas Sony, Wimar, Oten, Dinda, Dea, Deni, Mbak Hasri, Suci, Edwin, Eva, Imel, Ardha, dan Angga.
Tim Namtabung:
Saya, Mas M Fariz Nasution (Fariz), Mas Franky Montana (Franky), Krisna Pujianti (Eno), Tiyassari Basara (Babas), Bella
Ini bukan akhir tulisan saya tentang KKN. Pasti akan ada lagi. Tunggu saja~ Eniwei beta su mengantuk ini. Beta ada nulis jam 23.00-an :D sekian yaaah
XOXO
H-2 Berangkat. Berangkat ke mana? Ke seberang pulau yang tak
pernah dikira sebelumnya. Mungkin ini, kali pertama saya pergi sejauh itu. Terlebih
dalam jangka waktu dua bulan.
Dua hari lagi, saya akan meninggalkan kota kelahiran dan tempat
menetap dari kecil sampai segede gini (emang gede?). Dalam rangka apa?
Dalam rangka melakukan kewajiban sebagai mahasiswa UGM (KKN-red). Eits tapi tunggu
dulu. Saya bukan orang yang mengejar nilai doang lewat KKN. Saya ingin mencoba
hal baru. Istilah gaulnya men-challenge diri
sendiri. Mampu nggak sih saya?
Berniat seperti itu, saya kemudian memilih untuk KKN di Luar Jawa.
Memantapkan hati
Banyak pertimbangan sebelum akhirnya memutuskan KKN di Luar
Jawa. Izin orang tua, mental, dan segala faktor pendukung telah
dipertimbangkan. Walaupun pada awalnya, orang tua mengendorkan semangat saya.
Tapi akhirnya, saya berhasil meyakinkan diri saya dan orang tua saya. Lebih
mengesankan lagi, saya mendapat pembelajaran luar biasa dari dosen pembimbing
lapangan (DPL) KKN. Beliau saya-tim memanggilnya Pak Laks. Beliau memberikan
masukan dan menyadarkan kita, bahwa KKN bukan ajang buat pamer kemampuan ke
masyarakat, tapi lebih untuk belajar mengenali diri kita sendiri. Kita yang
belajar dari mereka, bukan mereka yang belajar dari kita. Intinya begitu.
Banyak hal yang ngena banget buat saya pribadi.
Sejak semester lima, saya dan salah satu teman berencana
ingin KKN bersama. Pada akhirnya kami satu tim. Teman saya pun menjadi
koordinator mahasiswa unit (kormanit), dia adalah Erma. Sejak semester lima
pula kita mengurusi segala hal terkait KKN, seperti: mencari DPL, proposal, bikin
proker, surat menyurat, binggung survei, oprec anggota, cari dana, rapat rutin
yang selalu nggak komplit (gara-gara masa aktif kuliah), hingga packing
barang-barang. Alhamdulillah semua proses terasa nikmat kalau diingat-ingat :’)
Perjalanan terjauh
dan terlama
Doain ya, saya akan berangkat tanggal 4 Juli 2015 ke Selaru,
Saumlaki, Maluku Tenggara Barat. Itu di
mana vin? Jauh. Jauh dari Jogja apalagi Jakarta. Jauh dari Ambon (ibu kota
Maluku). Jauh dari yang dibayangkan :’) Ini gara-gara pengetahuan saya yang
masih situ-situ aja. Saya pun mulai mengenal Indonesia secara lebih luas.
Indonesia nggak cuma Jawa. Indonesia itu LUAAAAAAAS! Cobalah kau tenggok peta
Indonesia, kalau kau berhasil menemukan lokasi Selaru, Saumlaki, Maluku
Tenggara Barat, saya acungi jempol kalau langsung ketemu.
Silakan kalau kalian mau bilang saya apa-yang jelas ini
memang perjalanan terjauh dan terlama saya. Maklumlah anak rumahan yang kalau
pergi banyak pertimbangan. Dua bulan adalah masa saya belajar. Saya nggak akan
menggunakan kata mengabdi atau pemberdayaan. Bagi saya, dua kata itu berat
untuk diimplementasikan. Mengabdi? Bagi saya nggak cukup dua bulan, apalagi
memberdayakan? Aspek-aspek pemberdayaan itu banyak, nggak cukup kalau dua
bulan. Bagi anak jurusan PSdK mungkin bisa menjelaskan lebih detail . Pengen
tahu, kita bisa diskusi bareng :D
Wah tak menyangka, tulisan ini sudah mbleber (tumpah-red) kemana-mana. Saya cukupkan
sekian. Sampai ketemu bulan September yaaaaa! Pasti akan buanyaaak cerita yang
pastinya berkesan dan semoga akan tertuang di blog ini. I will miss you. Saya pergi
untuk kembali. Sampai ketemu lagi Mama, Papa, Mbah Kakung, Ibu, keluarga
Mozhaf, Ciwi-ciwi strong woman, kepiks, mbak dianz yang lagi KKN juga, Mei yang
KP, dan bribikan yang tertunda. Semoga kita bisa merealisasikan proyek setelah
KKN dan wisuda di tahun 2016 ya :D Amiiiin
Salam dengan cinta,
Vindi
XOXO
One step closer |
He said, "to be older is certain and to be mature is process. The future will be happen, starting from today."
Bagiku, kado terindah untuk 15 yang kesekian adalah kehadiran kalian. Orang-orang penting yang ada di sekitar hidupku. :') Terimakasih telah menjadi bagian dari hidup saya :'))
Untuk kisah menyedihkan dalam hati. Saya tahu pasti ada fasenya.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yg paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang yang beriman”
Untuk masalah yang kian hadir silih berganti. Hanya pada-Mu aku percaya.
“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain dari-Nya. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal”
Terima kasih :))
XOXO
Berdua.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Membuatnya tetap tinggal di sini.
Samping seorang gadis yang diam-diam kagum.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Merasakan nyaman di sampingnya lebih lama.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Membiarkan aku tertawa dantersenyum oleh candaannya.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Menyediakan waktu untukku lebih lama melenyapkan rindu.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Ya, aku ingin waktu membeku. Kan ku manfaatkan waktu bersamamu :")
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Membuatnya tetap tinggal di sini.
Samping seorang gadis yang diam-diam kagum.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Merasakan nyaman di sampingnya lebih lama.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Membiarkan aku tertawa dantersenyum oleh candaannya.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Menyediakan waktu untukku lebih lama melenyapkan rindu.
Aku ingin, waktu membekukan dirinya.
Ya, aku ingin waktu membeku. Kan ku manfaatkan waktu bersamamu :")
Juni telah menuju pada angka ke-sembilan. Sudah terlampau
jauh untuk menyesali semua yang telah terlewati. Ya, menurut saya sih begitu.
Rasanya tidak ingin menemui bulan ini. Entah, mengapa saya sampai berpikiran
seperti itu. Namun pada akhirnya, saya tetap berjalan menerjang bulan ini.
Pikiran negatif dan hal buruk lainnya sempat singgah di
kepala. Membuyarkan semua hal positif dan semangat untuk memperjuangkan
semester ini. Ada setumpuk angan yang saya untai membentuk pengharapan.
Menantikannya tak ubahnya harapan. Tak perlulah saya jabarkan, cukup saya dan
Tuhan yang tahu. Kini, semester ini akan usai. Batas akhir semakin mendekat.
Sejauh apa angan itu terbungkus? Tergenggam dalam rangkaian jemari kemudian
memegangnya erat.
Saya akui, kadang saya merasa over thinking dengan hal-hal di atas. Sampai dosen bilang, “kamu
itu jangan mempersulit diri sendiri.” :’) Digawe
abot dewe (dibawa berat sendiri-red). Baiklah, saya harus mencari solusi
dari masalah ini. Intinya nggak mau tuh mikir berat sendiri. Mikir hal-hal
tentang orang lain, yang belum tentu juga mikirin hal serupa. Misal dalam
relasi pertemanan, relasi tugas, dan sebagainya.
Untungnya, saya segera menemukan cara ampuh mengatasi
masalah yang saya alami. Bagi saya, saya adalah aktor yang mengetahui secara
mendetail tentang diri saya. Jadi saya tahu apa yang saya inginkan. Kalau di
dunia pekerjaan sosial, penyandang masalah sosial-lah yang harus mengetahui
cara apa yang harus diambil untuk mengatasi masalahnya, karena dia-lah yang
mengetahui masalah itu. Semboyannya to
help people to help themselves. Ralat kalau kurang tepat ya.
Cara menyenangkan mengurangi pikiran negatif dan over
thinking menurut saya:
1.
Minum coklat panas. Saya lebih suka menyeduh
secangkir coklat panas, daripada mengonsumsi coklat batangan. Sensasi hangat
dan aromanya akan berbeda. Entah sugesti atau memang coklat punya manfaatnya.
Jelas mampu mengurangi over thinking, jadi
lebih rileks.
2.
Bicaraaaaaaaaa dan ceritaaaaaaaaaaaaaa. INI AMPUH
BANGET. Saya pernah baca artikel (lupa darimana). Artikel tersebut menyebutkan
bahwa perempuan memang cenderung memiliki kosa kata yang banyak tiap hari.
Maksudnya, perempuan itu emang seharusnya seneng ngomong. Nggak heran, kalau
perempuan lebih cerewet, lebih suka ngobrol, dan gosip. Ya, intinya perempuan emang seneng cerita.
Seneng ngobrol sana-sini. Seneng curhat. Tapi emang terbukti, kalau udah cerita
sama orang pasti langsung lega. Ceritanya nggak melulu soal masalah yang
dibahas. Akan tetapi cerita apapun. Entah itu mantan, bribikan, kehidupan,
kebaperan, kekocakan dan lain-lain. Itu pengalih sekaligus penyembuh overthinking dan pikiran positif. Kamu
masih punya kebahagian bersama orang lain.
Lewat postingan ini, saya hanya ingin menyampaikan bahwa
ceritalah, bicaralah. Karena kamu hidup untuk saling bercerita. Berkomunikasi
dengan sesamamu. Sampai-sampai aku setel playlist lagu Mari Bercerita milik
Payung Teduh. Yaaaaap. Kita nggak akan pernah tahu, percakapan kita ini
bermakna atau tidak. Kalau kita tidak memulai untuk berbicara dan bercerita.
XOXO
Helo semua. Kepada siapapun yang membaca postingan ini.
Saya akui postingan ini tidak jelas-subjek- yang dituju. Ya
memang begitulah pembaca blog saya. Saya sendiri nggak tahu secara pasti siapa
kalian. Tapi tak selamanya saya nggak tahu. Hehe.. Kadang, di antara para blog
walking, ada juga yang berani menghubungi saya, kebanyakan masih lewat media
sosial.Terima kasih atas respon dan apresiasi kalian terhadap tulisan saya :)
Boleh cerita dulu? Tanpa kalian jawab, saya tetap akan
bercerita.
Membaca dan menulis sering kali menjadi satu kesatuan.
Dimana orang yang suka baca, pasti akan suka menulis. Nggak tahu secara pasti
sih, tapi dari pengalaman saya dan mengamati beberapa teman. Dapat disimpulkan
(hipotesa) tersebut benar. Saya suka membaca dan (kebetulan) saya suka
menulis.
Sejak kapan mulai suka membaca dan menulis?
Binggung juga sejak kapan? Tapi seinget saya, dulu mama saya
sering membelikan majalah Bobo atau Fantasi buat kakak saya. Ya, buat kakak
saya. Maklumlah, anak pertama yang udah sekolah-lancar baca- berprestasi pula~
Sejak itu, saya juga suka meminjam, melihat majalah tersebut. Dimulai dari
cerita Bobo dan kawan-kawan, Nirmala, Bona dan Rong-rong. Dulu seneng sama
gambarnya, apalagi iklannya yang bikin kepingin doang. Tak hanya itu,
saya dulu addict banget sama susu aku dan kau. Dulu susu itu sempat memberikan
bonus cerita bergambar. Saya seneng banget dapet gituan, sampe punya koleksi
banyak. Pernah baca, pangeran yang rambutnya uler? Ya itu yang saya ingat :) Mungkin dari situ jadi
seneng baca.
Saya mengenal dunia menulis sejak SD, namun mulai menekuni
secara pribadi sejak SMP. Saya ingat, waktu SD ada bapak-bapak penjual mainan
sering menjual cerita misteri berseri seharga Rp 500. Kadang ceritanya wagu,
terlalu singkat, kurang horor (tapi tetep beli). Entah saya terinspirasi atau
gimana, saya mulai menjadi pengarang sekaligus penulis mini seri macam cerita
misteri itu. Saya sih ingat pernah bikin begituan, tapi lupa berapa karya yang
saya hasilkan dan judul apa yang saya buat. Eniwei, saya dulu juga sering
disebut pencipta lagu sama anggota keluarga saya. Iya, saya seneng banget bikin
lirik lagu. Kemudian nyanyi sesuka hati, tanpa mikir nada berada dimana :p
*yang ini skip*
Lanjut ke SMP.
Pada zaman ini, saya banyak menjumpai teman saya yang juga doyan baca. Hampir
di antara mereka punya banyak koleksi buku di rumahnya. Mengenal mereka membuka
wawasan saya, bahwa membaca itu seru. Yep! Nggak hanya itu, dari keseringan
membaca dan mengalami kisah remaja yang menyenangkan. Saya dan teman saya mulai
menulis. Simpel sih, nulis pengalaman hari ini, tugas cerpen, dan sebagainya.
Hingga suatu ketika imajinasi tercampur di dalamnya. Iya, masa tersebut adalah masa saya menyukai menulis cerpen.
Saya dan teman saya sampai bertukar cerita hanya untuk saling mengomentari. Kejadian
itu berlanjut hingga SMA. Hai Nda? Masih ingat? Sejak SMP pula, saya mengenal
dunia blog :)
Welcome kak vin :)
Lanjut ke SMA.
SMA adalah masa yang penuh gejolak. Tapi alhamdulillah, gejolak itu jadi
sesuatu hehe.. SMA saya mengenal ekstrakulikuler jurnalistik. Ya, ada sebuah
buletin sekolah yang terbit satu atau dua tahun sekali. Mulai dari situ, saya
mengenal dunia jurnalistik. Menulis yang nggak sekadar seni, sastra, dan
kesukaan. Tapi sebuah profesi yang cukup menarik perhatian saya. Sampai
akhirnya, saya tertarik untuk terjun ke dunia itu dan nekat mengejar keinginan.
Saya nekat ngejar jurusan yang bahas begituan. Walaupun akhirnya, saya nggak
lolos di jurusan itu.
SMA masih seneng nulis cerita juga kok. Sampai suatu ketika
ada lomba cerpen di sekolah. Cerita saya mewakili kelas untuk dilombakan di
sekolah. Yeay nggak disangka, dapet juara 3 :)
Thank to Selvi juga yang ikut andil dalam proses translate :)
Kuliah? Entah
piye ceritanya, saya jadi jarang nulis cerita. Semenjak masuk unit kegiatan
mahasiswa jurnalistik di kampus, saya jadi nulis berita, artikel, press release
dan lainnya. Haha ranahnya beralih. Kadang bete juga, nulis dikejar deadline.
Tapi ya beginilah kerjaan di jurnalistik, deadline selalu. Tapi cukup
menikmati, hingga dapat berbagai kesempatan buat jalan, meliput, bertemu orang
baru, dan menjadi pemantik kesempatan emas lainnya. Alhamdulillah, bisa
menghasilkan juga lewat ini.
Ke depan? Berusaha
untuk tetap menulis sampai nanti nggak tahu kapan. Bagi saya, menulis itu
sebagai sebuah apresiasi terhadap sebuah pikiran di dalam. Kayak tagline blog
ini, membingkai apa yang ada dipikiran :p Satu lagi, saya punya rencana ke
depan-sebut saja proyek-saya pribadi. Saya ingin membuat surat cinta untuk
orang-orang berpengaruh dalam hidup saya. Semoga terealisasi! Amin. Doain ya
pembaca yang niat baca postingan ini atau yang kesasar di blog ini. hehe
XOXO