Saya nggak pernah menyangka akan merasa sangat beruntung seperti saat ini. Saya merasa bersyukur bisa tergabung dalam sebuah kelas menulis yang diadakan ZettaMedia. Acara bertajuk ZettaMedia Lifegoals ini bukan sembarang kelas nulis yang isinya cuma nulis nulis dan nulis. ZetaMedia Lifegoals ini kalau istilah di kuliner namanya paket komplit. Gimana nggak komplit? Isinya itu lho, ada macem-macem sesi. Lebih lanjut, aku ceritain di bawah :)


Buat kalian yang asing mendengar nama ZettaMedia? Sama kok, hehe... Saya awalnya juga nggak ngerti ZettaMedia itu media seperti apa? Akan tetapi setelah saya kepo websitenya di sini. Ternyata saya pernah buka beberapa bulan lalu. Sedikit informasi, ZettaMedia adalah sebuah portal media yang berusaha menyuguhkan informasi sesuai kebutuhan pembaca saat ini, khususnya generasi minelial. Ada banyak portal yang bisa kamu kunjungi, mulai dari Trivia, RibutRukun, dan lain-lain. Zetta Media pusatnya ada di Jakarta, jadi menurutku lumayan banget bisa masuk.



Tahu dari mana, Kak Vin?
Awalnya saya tahu dari sebuah official account komunitas Book for Mountain. Suatu ketika, mereka membagikan sebuah poster acara dengan aksen warna dominan orange. Warna kesukaan akuuuu :)

Tanpa berpikir panjang, saya langsung mendaftarnya. Tapi namanya manusia ya, saya suka mepet-mepetin batas pendaftaran. Akhirnya, sebelum batas waktu habis saya berhasil mengirim semua persyaratan ke surel yang dituju.

Ternyata saat pengumuman, nama saya masuk. Masuk daftar cadangan maksudnya :)
Jadi Lifegoals ini hanya menjaring 30 orang saja. Angka yang tidak banyak namun tak sedikit juga. Saya masuk menjadi 'anak cadangan' dengan syarat dan ketentuan berlaku. Sejak awal memang tertarik dengan paket komplitnya. Akhirnya, libas aja. Meskipun sebelumnya, saya sudah curhat dan cerita panjang lebar sama sang project leader yang merangkap editor ZettaMedia, Mbak Prima. 

Saat itu, saya baru saja melakukan dua seleksi wawancara di perusahaan berbeda. Kalau nanti ada kelanjutan, otomatis saya akan meninggalkan Jogja dan berhenti mengikuti Lifegoals. Artinya saya nggak komitmen di Lifegoals. Akhirnya setelah berunding dan curhat dengan Mbak Prima, saya diberi kesempatan
Saat itu, saya baru saja menyandang gelar sarjana dan sedang menyandang status pengangguran terselubung. Kegiatan saya saat itu sibuk menyelesaikan pekerjaan penelitian jurusan, sisanya main, luntang-luntung, dan berulang.:")

Pokoknya lewat blog ini juga saya ingin mengucapkan terima kasih yang terdalam buat Mbak Prima. Makasih Mbaaaa sudah mau menerimaku dengan segala kegalauku saat itu. :)))))


Paket komplit Lifegoals
Lifegoals ini dirancang dengan enam kali sesi pertemuan. Di mana setiap sesinya ada dua pemateri yang ekspert di bidangnya.

Sesi 1 Viral Content dan editing

Nah pada sesi pertama ini, saya mendapat informasi baru tentang seluk beluk nulis di media online. Dari dulu saya penasaran sama tips dan triknya nulis di media online. Sejauh ini, saya nulis di media cetak yang notabene berbeda dengan online. Akhirnya dapat pencerahan dan ilmunya nulis di media online.

Hasilnya dari pertemuan pertama ini adalah tugas-tugas yang menantang, yaitu nulis di lamannya ZettaMedia. Waaa seru kan? Beberapa hasil tulisanku bisa dilihat di laman Ribut Rukun dan Trivia.



Sesi 2 belajar seluk beluk nulis di Ributrukun

Sesi kedua ini cukup membuat kesulitan, karena harus nulis dengan melibatkan perasaan alias baper. Dari sesi ini saya belajar bahwa curhatanmu bisa berubah jadi sebuah tulisan yang kece di media online. Bukan hanya itu, sering jadi 'tong sampah' juga bisa menambah ide-ide segar untuk menulis wkwk.


Sesi 3 belajar foto produk dan menulis tentang fesyen

Saya pribadi sih seneng ya jalan-jalan dari blog satu ke blog lain. Terutama kalau fotonya bagus. Taraaaa, pada sesi ini nih. Saya dapat belajar cara menghasilkan gambar atau foto yang eye catching. Generasi saat ini sih lebih seneng disodorin gambar daripada tulisan kan?

Pertemuan ke-3 ZettaMedia LifeGoals dengan materi fashion blogger dan photo product.

Ini lagi praktik foto produk.

Sesi 4 belajar public speaking dan event organizer (EO)
Jadi penulis itu harus bisa ngomong juga. Intinya itu sih yang ditekankan pada sesi keempat ini. Seneng banget dapat kesempatan ngobrol dan bercerita di depan umum tentang karyamu. Saat itu saya menceritakan projek menulis saya bersama ke-27 teman KKN. Bertajuk "Katong Basudara" yang artinya kita semua bersaudara. Dasarnya seneng bercerita, kesempatan dua menit yang diberikan masih dirasa kurang. Haha.

Saat sesi EO, saya nimbrung tim teman saya. Saya enggak ngapa-ngapain, jadi tim hore doang. Eh akhirnya kecipratan menang challenge :)

Ceritanya lagi cerita di depan umum gitu. Abaikan muka ini.

Sesi keeempat, nimbrung kelompok orang berhadiah pouch cantik dari Sampan Mimpi. Rejeki anak sholehah nih.

Sesi 5 belajar menulis fiksi dan kecantikan

Duh, nggak kerasa ya udah sesi lima aja. Alhamdulillah, saya masih bisa datang rutin :) yeay.
Pada sesi ini saya belajar menulis fiksi dari novelis ternama Bang Bernand Batubara atau bang Bara. Dulu sih sering banget bikin cerpen ala-ala tapi akhirnya numpuk di file doang. Hehe
Bukan hanya itu, ada sesi yang kira-kira ditunggu para cewek-cewek peserta Lifegoals. Tentunya beauty class yeay!!! Terima kasih Emina, saya dan teman-teman jadi cantik :))))))


 Dan tara sesi keenam, akan dilaksanakan besok Sabtu (18/12). Semoga saya nggak cuma bisa memandanginya dari jauh ya. Semoga bisa ikut hiphip huranya sesi terakhir ini. Huhuhu sedih ya udah mau kelar.

Lewat blog ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mba Prima sang editor yang super kece. Para pemateri yang kece. Terima kasih ilmu yang telah dibagikan. Sangat bermanfaat dan berguna banget buat saya. Sekali lagi terima kasih. Seneng banget bisa gabung kelas nulis paket komplit ini. Makasih ZettaMedia dan seluruh kru yang bertugas. Tak lupa teman belajar bersama peserta Lifegoals. Semoga sesi terakhir bukan jadi tanda silahturahmi berakhir yaaaaa.....Saya pasti rindu kalian :))))))))

Terima kasih

Siapa sih yang nggak pengen dapat beasiswa? Siapa yang mau nolak dapat bantuan biaya pendidikan? 

Saya yakin setiap orang, meskipun sekadar di benaknya---memiliki keinginan untuk mendapatkan beasiswa. Akan tetapi keinginan tersebut kerap luntur secara perlahan. Alasanya? Banyak! Bisa jadi karena syarat administrasi yang tak sesuai, persyaratan yang banyak (menyusahkan alias ribet), minder duluan, dan lain-lain. Duh duh duh, saya pun juga berpikir demikian. Hehe Namun itu semua kalah dengan keinginan untuk mendapatkannya. Sebelum luntur semangat mencari beasiswa, kamu sebaiknya membaca artikel berikut. Iya kamu, Sang pejuang beasiswa!

Perbukitan di Magelang menjadi tempat "latihan" bertahan hidup di alam. Pejuang beasiswa harus tangguh!

Membaca artikel dari Trivia kembali meletupkan semangat saya, sekaligus melemparkan saya ke belakang--saat masih jadi dedek maba. Saya sepakat dengan si penulis artikel. Kalau ingin mendapatkan beasiswa itu butuh perjuangan dan proses, nggak sekilat bikin mie kemasan. Cerita dimulai tahun 2012 (lalu ketahuan umur). Saat itu, saya lagi seneng-senengnya menjadi mahasiswa di kampus impian.  Saya dari awal sudah mengincar informasi beasiswa lewat website ditmawa, pusat informasi tentang kemahasiswaan.

Setiap ada tawaran beasiswa, saya langsung mempersiapkan persyaratannya, mendaftar, kemudian berdoa.  Pengumuman pun rilis, saya dinyatakan tidak lolos. Hiks sedih euy. Sempat down, tapi gemas juga kalau belum tercapai. Hingga suatu ketika saya melihat sebuah poster tertempel di papan pengumuman. Ada sebuah "open recruitment beasiswa". Awalnya saya nggak ngerti beasiswa apa? Tak ingin melewatkan, saya pun mendaftar beasiswa Karya Salemba Empat (KSE). Siapa sangka? Setelah ditolak beberapa kali, akhirnya saya dinyatakan lolos beasiswa KSE. Alhamdulillah......

Tuhan selalu tahu mana yang terbaik untuk umat-Nya.

Karena beasiswa itu, saya jadi banyak pengalaman baru. Mulai dari merasakan seleksi wawancara nan berkesan. Mendapat kesempatan pelatihan BISMA. Pelatihan kepemimpinan yang menggunakan aturan semi militer diadakan oleh penyedia beasiswa. Gimana rasanya menikmati hidup selama sembilan hari di Akmil Magelang? Seneng sedih seru jadi satu!

Disiplin ditanamkan selama pelatihan.

Kenal mahasiswa pilihan dari Sabang sampai Merauke. Berbagai mahasiswa terpilih bertemu dalam satu pelatihan. Almamater boleh berbeda, tapi jiwanya tetep BISMA.

Mengenal teman-teman dari berbagai daerah.

 Ketemu sosok-sosok inspiratif dan hal-hal indah untuk dikenang. Sebuah pengalaman baru nan berkesan sampai saat ini :) Saat salah satu sesi pelatihan, survival berlangsung. Saya dan teman-teman mendapat kejadian luar biasa. Saat di tengah hutan dan alam, hujan abu disertai angin menemani malam itu.

Rasa solidaritas dan kerjasama pun terjalin antaranggota. (Foto seusai survival di alam. Kucel karena terpaan abu vulkanik Gunung Bromo 14/02/14)

Mendapat kesempatan mengunjungi Istana Cipanas Bogor.

Itu tadi sebagian foto dari pelatihan yang saya dapat. Beasiswa itu nggak hanya uang, tapi juga pengembangan diri. Tuhan memberikan saya bonus lebih dari apa yang saya inginkan. Awalnya hanya ingin "dana beasiswa", berujung pada banyak pengalaman nan berkesan. *Saya jadi punya cerita untuk anak saya kelak*. Saya meyakini bahwa apapun yang kita perjuangkan akan berbuah manis. Kalau bukan sekarang, ya besok. Terus berjuang dan berdoa. Semoga bisa dapat beasiswa buat lanjut pascasarjana di luar negeri . Aamiin *malah curhat* 

Nothing is impossible, guys!

Perjalanan Udara (doc. pribadi).

Pernahkah kalian merasa merindukan seseorang.
Namun kamu tak bisa berbuat apa-apa.
Hanya bisa merasakan--betapa kamu ingin sekali mendengar, menatap, atau bertemu dengannya.
Jika boleh lebih, ingin sekali memeluknya.
Semua itu hanya bisa dibayangkan.
Tak bisa diwujudkan karena perbedaan dimensi.
Kamu tak bisa berbuat apapun, kecuali berdoa dan menangis.
Berdoa dalam hati sembari air mata menetes perlahan.
Hingga tersenyum miris, mendapati diri sendiri menangis.
Menangis merindukan seseorang.

Dari rindu yang terekam kalut, untuk salam yang dirundung pilu.
Aku kangen.

Masih dirasa yang sama, bulan kedelapan 2016.
XOXO

Bersama orang yang tepat, impianmu menjadi hebat.

Ku rasa kalimat di atas benar. Selama dan sejauh ini, lingkungan selalu memengaruhi setiap langkahku. Dalam menjalani hidup, mengambil sebuah keputusan, dan tentunya dalam menerima resiko.

Tanpa mengukur seberapa besar pengaruh lingkungan. Jelaslah, lingkungan memberi sebuah masukan atu dorongan pada diri kita. Tanpa atau kita sadari, hal itu terjadi.

Mungkin saja keadaanmu saat ini adalah urunan hasil bersama orang yang tepat. Contohnya: Kamu bisa menyelesaikan misimu tepat waktu. Tentu kekuatan dari diri sendiri terlibat. Namun demikian, ada orang lain yang terlibat di dalamnya. Penyemangat, pengingat, pemberi masukan, dan lainnya. Tanpa orang lain itu, bisa saja kita gagal. Karena diri sendiri sering lalai, lupa waktu, lupa tujuan.

Ya intinya, kita bisa mewujudkan sebuah hal karena ada urunan atau bantuan orang lain. Kita bukan orang yang hidup sendiri. Meskipun apa-apa bisa mandiri, tapi kita tetap butuh orang lain.

Xoxo

"Vin, sabtu selo ngga? Temenin aku yuk, ada anak u* mau main ke Jogja."

Sebuah pesan mendarat di personal chatku. Saya pun membalas pesan tersebut, "selo, tapi kalau malam ngga bisa. Gimana?" Jawabku.

Temanku pun membalas, "iya ntar bilang aja." Keesokan harinya, saya melakukan pertemuan dengan temanku. Setelah berkenalan dan bercerita satu sama lain, kami pun merencanakan perjalanan singkat di Jogja.

Waktu yang tersisa semakin sedikit. Semburat senja mulai menampakkan dirinya. Akhirnya, perjalanan ini menuju ke sekitaran kota, seperti Titik nol kota Yogyakarta, Malioboro, Alun-alun kidul, dan Masjid Kauman.

Lokasi pertama, seputaran Malioboro. Kami menyasar langsung ke titik nol yang dekat dengan Benteng Vredeburg. Sabtu sore, Malioboro dipadati oleh puluhan hingga ratusan orang berlalu lalang. Pemandangan yang cukup membuat saya pusing. Orang berjalan dan berlalu lalang di depan saya. Sempit, padat, dan menggelikan, bagiku.

Sebenarnya saya bukan membahas tentang parnonya-saya dengan tempat padat dan sempit. Namun demikian, saya menyoroti pada apa yang terjadi selama di Titik nol itu.

Rutinitas kerap kali membuat produktivitas menurun, terlebih semangatnya. Membangkitkan semangat yang sempat turun bisa dilakukan dengan keluar dari rutinitas. Saya menyarankan kalian untuk melakukan aktivitas yang berbeda dari biasanya. Kali ini saya akan mengajak kalian untuk singgah menikmati keindahan alam. Tak perlu jauh ke Kulon Progo atau Gunung Kidul, cukup menempuh waktu kurang lebih 15 menit dari Tugu Yogyakarta. Iya saya mengajak kalian mengunjungi sebuah calon "tempat rekreasi" yang sangat sayang untuk dilewatkan. Letaknya berada di Sleman sisi selatan, jadi cukup dekat dengan Kota Yogyakarta. Namanya Green Kayen.

Green Kayen, namanya mirip dengan Green Canyon. Nama boleh mirip, tapi wahananya terdapat keunikan masing-masing. Green Kayen terletak di Dusun Kayen, mungkin namanya berasal dari situ ya.Green Kayen menyediakan wahana air dan air terjun buatan yang ada di aliran Sungai Boyong. Bukan hanya itu, pepohonan masih kental mengelilingi lokasi Green Kayen. Tak heran, ada unsur warna hijau (green) dalam penamaan wisata.

Beberapa waktu lalu, saya menyambangi Green Kayen bersama teman-teman. Mulanya, saya diajak teman yang juga penduduk Kayen. Sebelumnya, ia juga memposting sebuah momen ia meloncat di atas ketingian tujuh meter.

Butuh 15 menit buat persiapan (mental) dan butuh 2 detik buat nyebur. Slulum ! 🙌 #kayen

A video posted by Ayu Widyaningrum (@ayuwdyn) on Apr 12, 2016 at 11:09am PDT

Karena penasaran dan memiliki waktu luang. Akhirnya saya dan kedua teman diajak ke Green Kayen. Kami dipinjamkan sebuah pelampung milik desa. Kabarnya, kedalaman dari lokasi tersebut kurang lebih tiga meter. Bagi saya yang kurang mahir berenang, saya merasa ragu untuk main air. Alhasil saya dipinjamkan oleh teman saya. Pada akhirnya, saya bisa ngambang dan senang-senang. :)

Akhirnya senang-senang dan ngambang.

A photo posted by Vindiasari Yunizha Sandhika P (@vindiasari) on May 4, 2016 at 12:36am PDT

Daripada saya membual banyak, mending kalian kepo Green Kayen disini.


Tunggu apalagi, ayo berwisata :))
XOXO

Selamat sore!
Pada akhir bulan ini, saya menyempatkan diri untuk menuliskan sebuah postingan. Sedikit berbeda dengan jenis postingan sebelumnya, kali ini saya akan me-review atau mengulas sebuah produk. Tak main pula, produk ulasan kali ini berupa produk kecantikan. 

 Usut punya usut, beberapa bulan ke belakang akibat pergaulan yang semakin dewasa, saya pun menjadi semakin tertarik dengan dunia kecantikan. (Sungguh berlebihan).

"Eh vin, aku pengen beli lipstick. Aku nggak pengen coba-coba sama bibirku. Aku akan beli revl*n."

"Cah, ada yang mau beli lipstick ku? Aku jarang make."

"Temen-temen ada yang mau beli lipstick ku? Aku baru beli, ternyata warnanya mirip sama yang biasa ku pake."

"Ada info beauty class nggak vin?"

 Banyak obrolan yang akhirnya menjurus seputar kecantikan. Kemudian bulan lalu, saya bertemu dengan teman lama. Dia menunjukkan beberapa beauty blogger dengan blog dan sosial media lainnya.  Saya pun semakin menaruh minat pada dunia kecantikan, walaupun hanya sekadar senang menonton dan membaca ulasannya. 


*teaser-nya panjang sekali*

langsung saja yuk~

Tampak atas

Berawal dari pemberian rekan dari tempat saya berparuh waktu, saya mendapatkan sebuah Wardah Creamy Body Butter. Karena penasaran dengan produk body butter, alhasil saya terima dengan senang hati. 

Body butter sendiri merupakan produk untuk melembabkan kulit. Jadi cocok banget buat orang-orang dengan kulit kering. Sebenarnya kulit saya dapat dibilang kering karena jarang minum._. Kemudian saya mejajal Body Butter Wardah Creamy Olive. 

Cara penggunaan:
Sangat direkomendasikan seusai mandi. Jadi badan masih lembab dan seger gitu. Apalagi ketika mau tidur. Enak banget.

Eniwei waktu seminggu awal mencoba aku libur sholat, jadi mandi malem, kemudian mengoleskan body butter dan istirahat. :)) Enaaaak

Kelebihan: bener-bener melembabkan, enak di kulit, meskipun kulit tampak berminyak gitu kalau dilihat.

Kekurangan:
-namanya body butter kalau terkena air akan larut. Jadi digunain kalau bener-bener udah nggak nyentuh air.
-baunya antara suka dan nggak suka -_- 

Tampak Samping

Sekian review product ala-ala. 
Kalau kalian merekomendasikan body butter yang lebih menarik bisa komen ya. Thankyou

XOXO





 

Papan peringatan Kawasan Hutan Mangrove Pantai Pasir Mendit

Dingin-dingin seperti ini, memang cocok ditemani oleh secangkir teh hangat dan semangat berbagi lewat tulisan. Kali ini, saya kembali dengan tulisan bertema jalan-jalan. Sebenarnya ada banyak cerita jalan, namun sebagian besar disimpan di memori dan foto tanpa sempat dibagikan lewat blog.

Dengan suasana, niat, dan tahun baru, saya mulai membagikan cerita perjalanan saya menuju sebuah lokasi wisata di sekitaran Jogja. Ceritanya, penulis ingin berwisata sekadar keluar dari aktivitas. Penulis pun menelusuri akun-akun sosial media berbau wisata, namun penulis tidak menemukan lokasi yang sesuai dengan keinginan hati. Pada akhirnya rencana wisata terganti dengan rencana "kerja", kemudian wisata berujung wacana.





Nggak Ada Bakau di Pantai Congot
Pertama kali datang, kami membatin, "di mana bakaunya?" Lalu saya dan Mbak Dian saling tatap. Baiklah, saya kira Pantai Congot menjadi lokasi nan asri dengan bakau/mangrove-nya. Namun pemandangan yang ku temui adalah hamparan pasir hitam nan gersang. Nggak begitu gersang sih, soalnya ada pohon cemara di sekelilingnya. Selain itu ada kolam renang buatan yang menjadi objek andalan bagi masyarakat sekitar untuk berenan. Itu batinku sih hehe Kolam renangnya khusus anak-anak tapi.

Lebarnya nggak selebar parangtritis, karena di batasi oleh pembatas batu-batuan (bukan pemecah ombak). Ada semacam laguna juga, namun kurang menarik bagiku. Jika dibandingkan dengan Glagah, Congot kurang mempunyai daya tarik.

Karena kami mencari bakau, maka kami menanyakan pada warga sekitar, tukang parkir dan lainnya. Bakaunya sebelah mana? Mereka pun kompak menjawab, "bukan di sini mbak." Lokasinya ada di luar pantai ini, nanti ke arah sini-sini *dikasih arahan* Mbak Dian pun membalas, "berarti nggak usah bayar retribusi dong. Sebelum jalan ke sini." Iya bener banget. Jalurnya agak berbeda dengan arah ke Pantai Congot. Akhirnya pun kami jalan ke lokasi bakau.

Beberapa menit duduk di bawah pohon, angin sepoi pun menerpa. Akhirnya jadi pewe makan dan foto-foto, istirahat sejenak.

Nggak bosen foto kalau sama Mbak Dian.

Suasana "piknik" di Pantai Congot.

Menuju Kawasan Mangrove Pasir Mendit
Setelah istirahat sejenak di Congot, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi bakau. Perjalanan kurang lebih 15 menit dari lokasi Pantai Congot. Jalannya masuk desa-desa gitu. Ancer-ancer belokannya adalah bekas puskesmas. Pokoknya keluar dari kawasan Pantai Congot dan balik lagi ke jalan gede mau ke arah Purworejo. Setelah itu jalan ke barat sampai menemukan bangunan bekas puskesmas, sekarang digunakan untuk pemeriksaan ternak atau apa (lupa). Lalu setelah itu ikuti jalan ke arah selatan (menuju ujung jalan). Ujung selatan kan pantai, pokoknya ikuti jalan sampai mentok. Ujung jalan ada kuburan dan pemandangan tambak di mana-mana. Setelah itu, kamu belok ke kanan, ikuti jalan aja, sampai menemukan tulisan kawasan Mangrove Pantai Pasir Mendit.

Taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..........................
Sampai..................................

Mangrove Pantai Pasir Mendit

Mbak Dian foto berlatar mangrove

Foto di Jembatan Bambu berlatar tanaman bakau.

Terdapat beberapa warga lokal dan pengunjung di  Pantai Pasir Mendit

Pemandangan Kawasan Mangrove Pantai Pasir Mendit

Panas-panas tetep foto.

Menghilangkan kegelisahan Mbak Dian di atas jembatan bambu dengan selfie.

Panas-panas ada yang mancing

Biaya untuk masuk ke kawasan Pasir Mendit sebesar Rp 5000 untuk satu motor dan dua orang. Rinciannya seribu untuk parkir dan dua ribu untuk biaya perbaikan dan konservasi jembatan per anak. Cukup terjangkau kan. Foto dapet, pengalaman dapet, seru-seruan dapet.

Setelah saya tanya ke mas-mas parkir, sini daerah mana mas? Masnya bilang sini masuk Pasir Mendit, Temon, Kulon Progo. Bukan Congot ya, bukan. Jadi jangan nyebut Bakau Congot, tapi Bakau Pasir Mendit.

Selamat jalan-jalan, tetap jaga lingkungan. Jangan buang sampah sembarangan, patuhi peraturan. Jadi wisatawan yang pintar ya. :)


XOXO

Baiklah saya belajar satu hal dari pertanyaan itu, rencanakan masa depanmu, Vin. 

Pelajaran yang saya dapat adalah saya harus berkenalan terlebih dahulu sebelum wawancara.

Terima kasih Pak Dadit, sangat membekas sekali. Karena sungkan dan hilangnya kontak bapak, saya jarang mengontak langsung. Namun, saya selalu menanti pemaparan bapak J Sayang sekali, ketika ada kesempatan Tatap Muka dengan pemateri beliau di UGM tahun lalu, saya berhalangan hadir. Saya belum balik ke Jogja, masih harus mengabdi di pulau nan jauh dari Jogja. Semoga ada kesempatan lain :)