7 Tips Tetap Waras Saat Situasi Penuh Was-was

1:34 AM



Siapa sih yang merasa bosan berada di rumah? Takut dengan kondisi sekitar yang penuh ketidakpastian? Khawatir dengan banyak hal hingga akhirnya mengganggu aktivitas keseharian. Tenang guys! Kamu nggak sendirian.

Perubahan kondisi yang dialami manusia saat pandemi Covid 19 memang jadi titik balik banyak pihak, terutama kondisi kesehatan mental. Mengutip pernyataan dari Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus disebutkan bahwa dampak pandemi terkait kesehatan mental sangat mengkhawatirkan. 

Pandemi Covid 19 mampu mengubah kebiasaan orang dalam beraktivitas. Jika biasanya orang dapat menjalankan kegiatan tanpa rasa takut, kini sejak virus corona merebak. Kondisi tersebut jadi berbalik.  Pandemi Covid 19 benar-benar mengubah hidupku. 


Transisi dari kerja kantoran hingga full bekerja di rumah. 



Sejak pandemi Covid 19 mulai mewabah di Indonesia, saat itu sekitar bulan Maret 2020. Kantorku mulai menerapkan aturan bekerja dari rumah. Pekerjaan yang mulanya selalu ada tatap muka, kini berubah jadi virtual. Kondisi tersebut sempat membuat kaget, terlebih fasilitas penunjang seperti laptop dan internet kurang memadai. Sering kali justru bikin naik pitam karena kondisinya nggak mendukung. Beruntung, kantor dukung banget fasilitas kerja remote. Uang pulsa diganti, laptop dipinjemin kalau nggak mendukung.

Bukan cuma masalah fasilitas, kebiasaan bekerja dari rumah juga cukup mengubah pola hidup. Biasanya ada waktu untuk menempuh perjalanan ke kantor, kini waktu tersebut terpangkas. Cukup menyenangkan bagiku. Akan tetapi ternyata efek bekerja di rumah terlalu lama juga turut berkontribusi pada gangguan mental. 

Aku menjadi tidak bisa membedakan waktu bekerja dan menjalani hari-hari di rumah. Istilah kerennya, work life balance-nya belum tercapai. Justru sebaliknya, aku sempat merasa kelelahan bekerja di rumah. Ternyata yang aku alami ini sesuai dengan hasil penelitian global dari lembaga Oracle. Sebanyak 78% pegawai mengalami gangguan kesehatan mental selama pandemi Covid 19. 

Efek pandemi Covid 19 pada pegawai kantoran di antaranya merasa kesepian, terasing dan tak bisa bersosialisasi karena pandemi, burnout, merasa tidak bisa membagi waktu bekerja dan hidup, dan stres. Di samping itu, banyak pula pegawai yang kehilangan pekerjaan karena adanya pemutusan hubungan kerja. Tak sedikit orang yang kehilangan pekerjaannya pada situasi serba tidak pasti.  Beda halnya denganku, aku justru memutuskan resign saat situasi pandemi.

Pandemi berkontribusi pada gangguan kecemasan.

Setelah resign, aku beradaptasi lagi dengan kebiasaan dan pola hidup baru, tepatnya sejak awal tahun 2021. Perubahan lingkungan yang signifikan secara nggak langsung membuatku terpicu untuk memikirkan hal yang tidak-tidak. Aku mulai merasakan kondisiku yang benar-benar aneh. Aku merasa kondisi fisik dan mentalku terganggu. Tiap hari aku bisa menangis tanpa atau ada alasan. Bukan cuma itu, aku penuh kekhawatiran dengan berbagai hal yang justru membuatku cemas. Belum berhenti sampai situ, akupun mulai merasakan gangguan fisik. Aku sering mual dan muntah hampir setiap hari. 

"Aku ini kenapa?" Tanyaku dalam hati. 

Hingga akhirnya, aku memberanikan diri untuk berkonsultasi dengan psikolog. Sesi konseling berlangsung kurang lebih dua bulan. Akupun didiagnosa mengalami gangguan kecemasan. Diagnosa sebelumnya, bukan gangguan kecemasan, tapi setelah konseling dan menjalani terapi oleh psikolog, ditemukan bahwa aku sudah masuk fase 'depresi'. Hal itu diperkuat dengan pernyataan psikiater atau dokter kejiwaan. 

Baca juga: Pengalaman Konseling Kejiwaan Gratis dengan BPJS Kesehatan

Ternyata perasaan sedih yang berlarut, pikiran yang nggak bisa berhenti mikir, khawatir berlebihan, dan kondisi fisik yang mengganggu ini disebut depresi. YA AMPUN, NGGAK ENAK BANGET. (Maaf capslock ya) Hehe. Jika kamu merasa demikian, aku ada beberapa saran dan tips yang bisa diterapkan. Sejauh ini cukup membantu meringankan rasa cemasku. 

Tips Tetap Waras Saat Situasi Penuh Was-was.

Cemas atau stres bukanlah sesuatu yang dilawan atau dimusuhi. Justru aku dan kamu harus mampu menyelaraskan apa yang kiranya bisa dikontrol dan tidak. Dengan begitu, hidup terasa lebih waras dalam jasmani dan rohani. Berikut beberapa tips menjaga diri tetap waras saat pandemi:

1. Sadari kalau apa yang kamu rasakan itu bermula dari pikiranmu. 

Menyadari pikiran dan kondisi yang terjadi sama halnya dengan selangkah lebih maju untuk menyelesaikan masalah. Ketika kamu menyadari bahwa kamu sedang tidak dalam kondisi baik-baik saja, terima kondisi tersebut. Jangan mengelak dan menolak. Bisa jadi itu sinyal dari tubuh dan pikiran bahwa kamu butuh istirahat sejenak. 

Kecemasan sendiri sebenarnya akan membantumu mengambil keputusan. Kamu bisa menjadi lebih waspada terhadap keputusan yang diambil. Kondisi tersebut memang ada positifnya, tapi kalau berlebihan itu yang tidak baik. Nggak apa-apa kamu lagi cemas dan kalut, sadari betul. Ambil jeda untuk mengembalikan kondisimu agar kembali nyaman. 

2. Mulai rilekskan badan dengan berlatih teknik pernapasan. 

Setelah mengambil jeda, coba lakukan teknik pernapasan 4-7-8. Metode tersebut mampu membantu penyintas kecemasan untuk lebih rileks dan tenang. Caranya pun sederhana, kamu bisa mulai dengan menarik napas lewat hidung selama empat detik. Kemudian tahan napas selama tujuh detik dan hembuskan napas panjang melalui mulut selama delapan detik. Lakukan berulang untuk merilekskan pikiran dan tubuh. 

3. Alihkan pikiran dengan kesibukan atau aktivitas menyenangkan. 

Saat pandemi tahun 2020, aku mulai mencari kesibukan lain untuk mengusir rasa bosan dan terisolasi di rumah. Justru aku menemukan banyak kegiatan menarik selama bekerja di rumah. Aku mengisi aktivitasku dengan berbagai cara, mulai dari menggambar, berkebun, berolahraga, hingga berjualan.
 
Bicara soal jualan, sekarang nggak perlu lagi mikirin bagaimana cara memulainya? Kini kamu bisa mengalihkan pikiran-pikiran negatif dengan mengubah mindset atau pola pikir yang lebih positif. Kamu bisa menggunakan waktu di rumah dengan mulai berbisnis. 

Hanya lewat genggaman smartphone, kamu bisa mulai berbisnis dan menambah penghasilan dari rumah. Cukup unduh atau download Aplikasi Super di PlayStore. Aplikasi tersebut bakalan membantu kamu untuk memulai bisnis, yakni usaha sembako. Aplikasi Super menjadi supplier yang akan memasok kebutuhan pokok dengan harga lebih murah dari pasaran. 

Kamu tertarik untuk mencoba usaha sembako dengan mudah dan menguntungkan? Kamu bisa membuka warung sembako dan mendapatkan supplier terpercaya. Nggak cuma itu, keuntungan lainnya adalah kamu bisa mengirimkan pesanan tanpa ongkos kirim alias gratis. Menarik, bukan? Tunggu apalagi, langsung aja cari tahu informasi Aplikasi Super di media sosialnya. 

4. Temukan support system.

Lingkungan yang sadar dengan isu kesehatan mental memang masih perlu ditingkatkan di Indonesia. Nggak jarang orang yang merasa memiliki gangguan mental bakal memilih menutup rapat kondisinya. Mengapa begitu? Tentu karena masih adanya stigma buruk soal penyintas gangguan mental. Banyak orang beranggapan penyintas gangguan mental sama halnya dengan gila. 

Tak sedikit orang yang justru memberikan label buruk atau menuduh bahwa kondisi yang terjadi adalah hal biasa. Biasanya sih kalau kita cerita ke orang lain, mereka akan merespons, "kamu harusnya bersyukur.

"Masih mending kamu, lha aku?" 

"Ah kamu tuh baper banget sih!"

"Gini aja kok nggak bisa, lemah."

"Kamu itu cuma kurang ibadah."

"Kamu kena santet kali ya? Mau rukiyah?"

Hayooooo.... Siapa dari kalian yang pernah mengalami hal tersebut? Kamu nggak sendirian, guys! Aku dulu juga menerima stigma seperti itu. Saat itu ucapan mereka sangat berpengaruh dengan kondisi psikisku. Aku justru menyalahkan diri sendiri. Merasa aku gagal, memang aku kurang bersyukur dan lain-lain. Padahal tiap orang punya batasan dan keunikan masing-masing. 

Cari support system atau dukungan sosial yang mampu memahami kondisimu. Bisa dari keluarga, sahabat, teman, pacar, rekan kerja. Kalau kamu merasa tidak menemukan dukungan dari lingkungan terdekatmu, kamu bisa banget gabung ke komunitas penyintas kecemasan. Cari konselor sebaya atau ikut komunitas tertentu. 

5. Olahraga dan menjaga pola hidup sehat.

Kita ketahui bahwa gangguan kecemasan secara medis sama dengan adanya ketidakseimbangan hormon dalam otak ataupun tubuh. Hormon pemicu stres antara lain norepinephrine, adrenalin, hingga kortisol. Hormon pemicu stres tersebut bisa dicegah atau dilawan dengan tidur cukup, mengonsumsi makanan bergizi, dan olahraga. Pilih olahraga yang ringan dan mudah dilakukan, misalnya cukup berjalan kaki selama 10 menit.  

6. Journaling

Journaling adalah kegiatan menuliskan kondisi yang dirasakan dalam keseharian. Menulis jurnal ini sama halnya dengan menyadari perasaan apa yang sedang dominan. Menulis juga bisa menjadi 'pelampiasan' dari perasaan kurang menyenangkan yang terpendam dari dalam diri. Menulis jurnal perasaan sama halnya dengan proses terapi perilaku dengan memvalidasi perasaan yang muncul. 

7. Konsultasi ke profesional. 

Percayalah, ketika pikiran sedang kalut sampai mengganggu keseharian. Mulai ada indikasi untuk menyakiti diri sendiri, maka sebaiknya kamu segera berkonsultasi ke psikolog. Ada banyak bantuan konsultasi gratis ke psikolog. Ingatlah, psikolog lebih profesional dan mengerti cara dan bagaimana menyelesaikan masalah kecemasanmu. Apalagi pandemi Covid 19 benar-benar menjadi perubahan masif bagi berbagai lini kehidupan. 

Semoga beberapa tips yang aku bagikan bisa bermanfaat untuk kalian ya! Jangan sungkan untuk berbagi tips dan sharing pengalaman kalian. DM-ku terbuka untuk kita saling berbagi cerita. Ambil yang baiknya, buang yang kurang. Sampai ketemu di postingan lainnya!

Cheers,


Artikel ini diikutsertakan dalam Kontes Blog SUPERBercerita dengan mengambil tema 'Tips Menjaga Kesehatan Selama Pandemi'.


You Might Also Like

1 comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete