Short trip seru ke Rumah Atsiri Tawangmangu

10:02 PM


 Kalau kalian penasaran dengan Rumah Atsiri, langsung aja ke bagian 'Dimulailah perjalanan menuju Tawangmangu'. Namun jika kamu pengen tahu soal latar belakang kenapa kita ke Rumah Atsiri, baca dari awal. (Nggak penting sih, cuma pengen cerita aja~) Biasa anaknya suka curhaaaaaaat.

foto: Mengakhiri keliling Rumah Atsiri di Green house/ kamera delapan kilogram Inur.

Suatu pagi, temanku menyapa lewat imessages. Ia mengirimkan beberapa link Instagram berisi spot museum, yaitu Rumah Atsiri.

"Pernah liputan di sini?" tanyanya.

Tanpa membuka link, aku tahu lokasi museum yang dimaksud. 

"Kamu nggak inget apa, kita pernah bahas Rumah Atsiri?"

Jadi ceritanya, bulan Januari lalu, kami jalan-jalan ke Solo. Dalam sebuah perjalanan tersebut, kami pernah membahas lokasi-lokasi wisata lain yang menarik. Salah satunya, Rumah Atsiri. Sayangnya, si anak nggak ngeh alias lupa kalau pernah bahas itu.

Singkat cerita temanku mendapat link tersebut dari temannya. Mereka berencana untuk liburan ke Tawangmangu, salah satu destinasi tujuannya adalah Rumah Atsiri. Berhubung emang udah kepikiran dan pengen ke sana dari tahun 2018, langsung aja bilang.

"Kalau mau ke sana, hayukk kita ajak temanku juga."

Berhubung, cuma ngikut. Jadinya ya nunggu konfirmasi sama tanggal aja kan. Lagian jadwal kerja juga nggak tahu cocok apa nggak. Tiba-tiba jelang akhir Februari, temanku mengirimkan pesan dan menginformasikan tanggal 7 atau 8 yuk ke Tawangmangu.

Kemudian tiba-tiba, jelang dua hari menuju hari H. Temanku mengabarkan, "Vin kemungkinan kayaknya aku nggak pulang 75 persen."

Pas denger langsung mikir, oh yaudah. Ya mau gimana lagi? Kan itu kejadian di luar kendali kita. Udah stoic belum?

Langsung ngabarin temen lain kalau kemungkinan besar nggak jadi. Yaudah, mari kita menyusun agenda weekend di Jogja saja.

Nggak tahunya, dikabarin lagi jelang sehari.
"Aku jadi pulang ya tapi belum beli tiket."

Lalu jam demi jam berlalu, jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB. Temanku baru memulai perjalanan ke Jogja~ Buseeeet malam sekali -_- Dipikir-pikir, pasti capek, ngantuk, kenapa si maksain? Heran?


Mari kepo-kepo dikit lewat Instagram Stories! Pemanasan dulu ya!

Screenshot Instagram Stories @vindiasari.




Dimulailah perjalanan menuju Tawangmangu.

foto: kami bertiga main di Rumah Atsiri dijepret di Sate Lawu usai jalan-jalan. 

Berangkat dari rumah Jogja sekitar pukul 11.00 WIB lalu menempuh perjalanan sekitar 4 jam. Kami tiba ke lokasi sekitar pukul 15.00 WIB. Udah cukup sore dan mendung-mendung sejuk.

Perjalanan cukup berjalanan lancar melewati Klaten, Solo, Karanganyar, dan Tawangmangu. Walaupun hujan badai, hujan deras, dan banjir. Alhamdulillah sampai dengan selamat.


Menunggu masuk museum sambil foto-foto/ kamera delapan kilogram Inur.

Setiba di Rumah Atsiri, kami disambut dengan petugas loket yang menawarkan tiket. Setiap orang dikenakan biaya Rp 50 ribu. Tiket tersebut semacam voucher yang bisa ditukarkan dengan tiket, pembelian produk atau lain-lain. Nanti sistemnya saldo voucher di tiket dikurangin gitu setiap transaksi. Beli tiketnya bisa pakai debet atau cash.

Screenshot Instagram Stories @vindiasari.

Selanjutnya masuk ke lobby yang berisi pusat informasi. Buat kamu pencinta workshop, ada baiknya ikut! Biaya workshop dikenakan sebesar Rp 100ribu. Jadwal workshop selalu ada setiap jam, materinya setiap hari berbeda. Kamu bisa cek di Instagram @rumahatsiri.

Ada pula tour museum dan kebun yang seharusnya dicoba karena ada pemandu wisata alias tour guide-nya. Sayangnya, kami sampai di lokasi sudah sore. Waktunya mepet, akhirnya kami memutuskan untuk keliling sendiri sejenak lalu mampir ke museumnya.

Suasana dan pemandangan di Rumah Atsiri ini idaman banget. Semacam rumah impian wkwk hijau-hijau segar, menyenangkanlah!!! Aku dan temanku sampai heboh sendiri melihat tanaman-tanaman cantik. Oiya, di sebelah lobby, kamu bisa langsung melihat produk-produk dari Rumah Atsiri. Ada essensial oil, sabun, hand sanitizer, tanaman, dan lain-lain.


Tour Museum Rumah Atsiri.




Setelah puas berkeliling taman dan memotretnya dengan berbagai kamera. Setelah mendaftar dan membayar biaya masuk museum, akhirnya kami dipandu oleh tour guide. Biaya masuknya cukup dengan Rp 30ribu per orang *kalau nggak salah.

Tampak luar bangunan museum mengingatkan aku pada sebuah kafe di Korea. Minimalis unik. Ternyata bangunan museum baru diresmikan Pak Ganjar Pranowo pada Februari lalu. Keren nih~

Masuk ke museum, kami disuguhkan dengan tanaman bergelantungan yang ternyata teknik menanam ala Jepang, yakni Kokedama. Tanaman yang bergelantungan itu ada beragam namun mereka semua tergolong tanaman atsiri. Cakep!

Selanjutnya, kami disuguhkan dengan bola-bola aroma yang kalau dipegang dan didekatkan akan memunculkan aroma. Nah aroma-aroma ini termasuk contoh wewangian dari tanaman atsiri.

Puas mencium wewangian, tour guide mengajak kami melihat tungku pembuatan atsiri. Minyak atsiri sendiri diperoleh dari uap tanaman yang dipanaskan. Prosesnya ada macem-macem, tergantung bahan tanamannya. Minyak atsiri sendiri ada puluhan jenis--saking banyaknya sampai tak tahu banyaknya berapa.

Lanjut, kami diantar menyusuri bilik berisi sejarah minyak atsiri di berbagai dunia. Mulai dari Mesir sampai Indonesia. Minyak atsiri pada tiap negara punya manfaatnya masing-masing, misal di Mesir untuk mengawetkan mumi, China untuk pengobatan, India untuk prosesi ibadah.


Nggak berhenti sampai sejarah, kami diantar menyaksikan proses pembuatan minyak yang lebih mendetail. Misal distilasi, coldpress, dan lain-lain. Ada alat-alat yang dipamerkan juga. Di samping itu, ada lokasi yang artsy abis. Berjajar tanaman kering atsiri dijadikan hiasan dinding.

Instalasi seni ini semua terbuat dari tanaman atsiri kering. Dibentuk sedemikian rupa hingga menjadi lukisan cantik. Namanya Oshibana, seni merangkai bunga atau tanaman kering hingga menjadi gambar.




Selanjutnya, ada instalasi seni yang melibatkan teknologi grafis. Semacam layar proyektor dipantulkan ke dinding hingga memunculkan gambar-gambar tanaman atsiri. Model beginian mengingatkanku pada ArtScience Museum di Singapura. Seneng sih, banyak museum yang punya 'hiburan' seperti itu. Terakhir di Tjolomadoe juga ada soalnya.
Menikmati keindahan grafis kembang-kembang di Museum Atsiri/ Kamera Mbak Hannum.
Cukup lama menikmati foto-foto dan bermain grafis, kami melanjutkan tur museum. Kali ini instalasinya cukup menarik karena menunjukkan manfaat dari minyak atsiri buat keseharian. Mulai dari penangkal rasa galau hingga tak berdaya.

Satu lagi, ada spot favoritku di museum. Ada tanaman kering dan cermin besar yang gemeeees buat selfie. Mana baju matching gitu sama tanaman~
Penampakan kapal besar di Museum Atsiri/Kamera delapan kilogram Inur
Selanjutnya, ada instalasi seni berupa kapal besar di museum. Kapal tersebut sebagai simbol penyebaran tanaman atsiri di Indonesia. Nah instalasi ini jadi akhir dari tur museum atsiri.

Keluar gedung, kami disuguhkan pemandangan asri dari lantai dua. Keluar museum, kami menuju lorong panjang yang mirip jembatan penyebrangan di kota besar. Nah ternyata ada spot bagus dengan pemandangan ciamik. Jangan lupa kasih oleh-oleh buat diri sendiri dengan foto~


Menyusuri jembatan, kami diarahkan ke tokonya. Sekali lagi gemassss karena ditata rapi dengan hiasan bunga kering. SEGEMAS ITU!

Berhubung cukup sore, kami langsung menuju ke greenhouse-nya. Sekitar jam 16.40 WIB, kami menuju greenhouse. Cukup membayar Rp 20ribu perorang yang diambil dari voucher tadi, kami pun bisa masuk. GEMESSSSS, banyak tanaman.


Kami cuma keliling tanpa tahu informasi mendetail soal kebunnya. Akhirnya cuma foto-foto di dalam huhu. TAPI GAPAPA, UDAH SENENG BANGET MAIN KE RUMAH ATSIRI.

Saranku, mending dari pagi ya! Rumah Atsiri buka dari pukul 10.00 WIB dan tutup jam 17.00 WIB. Jangan lupa ikut workshop biar sekalian gitu~

Terima kasih partner museum kesayangan, Inur dan Mbak Hannum! Besok jalan-jalan lagi ya~


You Might Also Like

0 comments