Suka duka jadi creative writer label iklan

2:32 PM

"Every brand has stories," sebuah kalimat ini ku temukan di salah satu paragraf profil milik temanku.

Setiap merek memiliki cerita bukan hanya sebuah kalimat yang tak memiliki makna. Aku tak sekadar bergurau, setiap merek memiliki cerita di balik nama merek tersebut. Makin bisa mengamini karena hampir 7 bulanan, aku tergabung dalam desk iklan di kantorku bekerja.

Saat mengetahui aku mengalami rotasi ke desk iklan. Rasa khawatir cukup menghantui karena banyak kabar beredar desk iklan ini meiliki tanggung jawab dan ritme kerja yang lebih berat dibanding desk ku sebelumnya. Jika sebelumnya, aku memiliki tanggungan untuk menulis reguler. Setelah rotasi ke desk iklan, tugas tersebut ditambah dengan content marketing atau sponsored article. 

Bekerja di industri kreatif, outfitnya bebas.
 Seminggu bekerja di bagian iklan, aku mulai beradaptasi dengan ritme kerja tim. Beruntung, aku memiliki partner kerja yang supportif. Tim iklan di kantorku terdiri dari editor, asisten editor, dan tiga reporter/content writer termasuk aku. Editor iklan dipegang oleh Mas Fefy yang dibantu oleh asisten cekatannya, Mbak Titin. Sementara itu rekan kerja yang selalu aku recokin tiap binggung adalah Mbak Oliv dan Karina. Mereka adalah orang-orang yang bisa diajak kerja sama untuk beradaptasi dengan ritme kerja iklan-yang-tak-terduga.

Tugas pertamaku membuat artikel adalah menulis sponsored content untuk brand Chitato. Aku hanya mendapat kesempatan untuk menulisnya tanpa ikut berdiskusi menentukan tema dan ide. Konten yang ku buat ini telah digarap oleh tim iklan sebelum ada masuk. Sebagai anak baru, ini adalah kesempatan untuk belajar bedanya konten reguler dan iklan. Kamu bisa membaca karya pertamaku bersama tim iklan di sini.

Bulan Mei 2017 menjadi babak awalku bersama desk iklan. Awal-awal bersama tim iklan, aku sempat keteteran. Aku mencoba untuk menyeimbangkan ritme menulis konten reguler dan mencari ide iklan. Hal tersebut menjadi tantangan aku dan dua temanku (Mbak Oliv dan Mbak Karin). Setiap hari, kami menulis konten reguler yang biasa kalian baca untuk hiburan. Tapi saat ada brief iklan datang, kami juga harus mencari ide segar untuk sponsored content.

"Kadang kala pikiranku terpecah. Mana yang harus aku dahulukan?  Tentu tanggungan ide untuk brief jadi prioritas tapi mencari 'listingan' atau ide reguler untuk keesokan harinya ikut membayangiku," batinku bergejolak.
Aku bersama eks iklan dan anak iklan yang sekarang.

Sekali lagi, aku sangat beruntung mengenal Mbak Oliv dan Mbak Karin yang memberiku pencerahan tentang 'SOP' di tim iklan. Tiap pagi setelah menyalakan komputer, hal pertama yang dilakukan adalah mencari 'listingan atau ide' untuk reguler.  Namun jika ada tanggungan menulis draft, hal yang didahulukan adalah menulis draft. Siklus iklan biasanya tiap pagi luang alias nggak ada brief iklan oleh sebab itu temanku mendahulukan mencari ide listing. Lalu siang harinya mulai padat dengan iklan--baca brief iklan, cari ide, kirim ke database tim, kemudian rapat atau diskusi.

Penolakan ide konten di ruang rapat sudah jadi makanan sehari-hari tim iklan. Dari awal sudah diwanti-wanti, "jangan baper kalau ditolak." Seperti kata Mbak Oliv, "aku udah biasa idenya ditolak karena absurd." Batinku berkata, "Mbak aja ditolak apalagi aku?"  Ternyata penolakan yang sering dialami membuatku tahan banting. *ini kok bacanya mirisnya ((sering dialami)).

Nggak kerasa sekitar 7 bulan, aku berkutat dengan ritme kerja tim iklan. Banyak banget terpaan isu miring yang dialami tim baik dari luar maupun lingkungan sekitar. Suka dan duka mengiringi 7 bulanku bersama desk iklan. Mulai dari kejaran tim AE, Sales, "Mbak draft atau idenya ditunggu before lunch ya!" hingga draft ditolak..... Banyak momen sedih dirasain di tim iklan tapi justru jadi bahan becandaan. Paling berkesan adalah pernah mengalami rapat iklan hingga jam 21.00 malam alias overtime dengan brief yang sedikit berat. Alhamdulillah.....terlewati juga.

Seiring berjalannya waktu, ternyata tim desk iklan harus kehilangan anggota timnya. Pertama Mbak Karina yang harus resign dari kantor dan meninggalkan aku dan Mbak Oliv. Setelah ditinggal Mbak Karina, aku dan Mbak Oliv pun mengalami rotasi. Aku kembali ke reguler dan Mbak Oliv mendapat desk fashion. Sementara itu, desk iklan digantikan oleh Mbak Septi dan Wenz yang kini digantikan Laksa.

Sebulan hingga dua bulan berjalan dengan suasana baru, aku kembali kehilangan teman sebangku..... Mbak Oliv memutuskan untuk resign dan meninggalkan Jogja. Bangku sampingku jadi semakin kosong. Sebelum Mbak Oliv meninggalkan Jogja, kami mencoba berkumpul lagi. Sekarang yang masih bertahan sementara di kantor tinggal Mbak Septi, Mbak Titin, dan aku.

foto: (ki-ka: Mbak Oliv, aku, Mbak Septi, Mbak Titin (foto di hape), dan Mbak Karin).
Sepulang jam kantor, kami bertemu di sebuah restoran baru di Yogyakarta. Restoran tersebut lokasinya dekat kos Mbak Oliv dan punya interior yang kekinian. Pertemuan kali ini kurang lengkap karena Mbak Titin berhalangan hadir. Ini termasuk pertemuan dadakan karena baru direncanakan siang hari karena impulsif kangen Mbak Oliv.....

Rasa rindu pun terbayar dengan foto bareng Mbak Oliv....

Sama Mbak Oliv cenayangku, partner foto selfie, sumber update info K-Pop, dan kakak pembimbingku.

Aku candid adalah bonus. Maksudnya ingin menunjukkan interior lokasinya kekinian dan instagram-able banget!
Aku nggak pernah berekspektasi akan semenyenangkan ini bertemu dengan partner kerja di kantor. Sejak awal, aku banyak membaca artikel yang katanya teman kantor hanya sekadar teman kantor. Ya memang sepenuhnya nggak salah tapi lewat mereka, aku menemukan banyak pelajaran hidup dan jaringan baru. Silaturahmi kita nggak akan terputus karena masih ada media sosial dan chat online. Banyak momen suka dan duka bareng mereka. Terima kasih sudah mau berteman dengan aku yang masih bocah ini. Kalau rindu, nomor WhatsAppku masih sama kok! *nggak kebalik apa, Vin?..

Ternyata bekerja di industri kreatif khususnya startup harus siap dengan perubahan atau rotasi. Kita harus siap menerima tugas apapun. Bekerja menjadi penulis kreatif bersama tim iklan menambah ilmu, pengalaman, dan tentunya portofolio. Menulis konten kreatif itu nggak sekadar asal nulis tapi harus pas 'lekukan'nya. Hal tersebut nggak aku temui saat menulis reguler. Jadi aku merasa sangat bersyukur pernah menjadi bagian dari desk iklan yang penuh tuntutan dan tantangan. Rasanya jadi pengen belajar apa lagi ya? 

Buat kalian, jangan takut dan khawatir dengan 'kata orang'. Sebaiknya kamu harus membuktikan apa betul yang dikatakan orang tersebut? Kalau ada tuntutan dan tanggung jawab baru berarti level kemampuan kita sedang di-upgrade. Jangan nyerah sama keadaan! *ngomong sama diri sendiri juga*
See you, guys! 

XOXO



You Might Also Like

0 comments