After Graduated: Back to Reality

6:48 PM

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Haloo guys! Ada yang kangen sama saya nggak? Setelah beberapa waktu lalu saya memosting proyek 2017. Kali ini saya memaksa menagih janji pada diri saya. Saya pernah berjanji akan memosting momen-momen berharga dalam hidup saya. Mulai dari momen penelitian ke Aceh, wisudaan, dan paska wisudaan. Pada postingan kali ini, saya akan memfokuskan pada apa yang saya lakukan seusai perayaan kelulusan atau wisuda.

Saya masih ingat pertanyaan dari Bang Reiki, salah satu teman yang menjadi ketua angkatan jurusan.
"Vin kalau besok udah wisuda, apa yang mau kamu lakukan?" tanya Bang Reiki padaku.
Tanpa berpikir panjang, saya pun menjawab, "aku mau foto bareng keluargaku, Bang. Foto studio gitu." Harapan itu pun dapat terealisasi dengan baik. Terima kasih Tuhan.

Oiya sebelumnya, saya pengen cerita. Momen wisuda itu sama halnya momen kantong jebol. Mengapa? Karena ada banyak sekali pengeluaran hanya untuk momen kebahagiaan sehari. Haha tapi saya tetap merasa puas mengeluarkan banyak budget untuk kebahagiaan keluarga saya juga. Beruntung, sebelum wisuda saya sempat bekerja sebagai asisten peneliti di Aceh Tamiang. Gaji dari asisten peneliti sangat cukup untuk menyokong biaya wisudaanku :)

Graduation moment
Saya resmi menjadi seorang sarjana sosial dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL UGM). Alhamdulillah bisa menyelesaikan masa studi selama tiga tahun delapan bulan. Melebihi ekspektasi, namun nggak masalah karena tetap bisa memberi 'slempang dua' buat Papa Mama, Ibuk, dan Mbah Kakung. Wisuda saya diselenggarakan di gedung Grha Sabha Pramana (GSP) pada 25 Agustus 2016. Kebahagiaan lulus dan lepas dari revisian skripsi terbayar dengan manis. Pasalnya, saya mendapat kesempatan bisa berjabat tangan dengan rektor perempuan pertama di UGM, Ibu Dwikorita. Siapa sangka? Anak salah jurusan kayak saya ini bisa dipanggil pertama mewakili fakultas.

Kebahagiaan kembali menyeruak usai acara di GSP. Saya beserta wisudawan dan wisudawati kembali ke fakultas masing-masing. Sebelum tiba di fakultas, saya dan beberapa teman 'dicegat' dihadang oleh teman-teman lain. Ada yang memberi coklat, bunga, permen, atau sekadar ucapan selamat. Rasanya seneng! Apalagi ada sosok yang tak diduga datang dengan tiba-tiba memberi sebuket bunga mawar merah :)

foto: instagram.com/vindiasari
Selanjutnya acara di fakultas. Saya mendapat kesempatan untuk memberi sambutan mewakili mahasiswa FISIPOL. "Edyan, " batinku. Ada banyak sekali sosok yang saya kenal-yang juga lulus bareng sama saya. Orang-orang TOP dan kece! Akumah apa, cuma butiran debu. Saya sengaja menyembunyikan label mahasiswa mau sambutan di depan orangtuaku.  Entah, tak pantas untuk disombongkan hal tersebut. Akhirnya, saat nama saya dipanggil orangtua saya sedikit kaget. Haha maaf ya Ma, Pa.

After Graduation

Jika orang berpikir bahwa 'seorang dengan slempang dua dan kena label lulusan xxx akan mudah mendapat pekerjaan'. Nggak semua omongan orang itu bener. Hehe Setelah lulus, terbitlah kenyataan dan realita hidup sebenarnya. Ada banyak teman yang sebelum wisuda sudah cari kerja sana sini. Saya termasuk orang yang masih selo dan nanti-nanti. Revisian skripsi aja butuh dua bulanan.  Jangan dicontoh ya, guys!

Saya baru menyadari bahwa saya begitu selo dan mulai panik mengingat hari semakin bertambah paska wisuda. Saya pun masih menyandang status 'pengangguran'. Aslinya, saya sudah punya tawaran pekerjaan. Alias sebelum lulus, saya sudah bisa makarya. Akan tetapi saya kurang cocok dengan pekerjaan itu. Akhirnya saya menganggur lebih lama lagi.

Etapi selama saya menunggu panggilan pekerjaan. Saya mendapat banyak kegiatan menyenangkan. Saya lolos kelas Lifegoals ZettaMedia. Saya masih harus mengerjakan laporan asisten peneliti di Aceh, dan tentunya saya ikut kursus TOEFL. Sungguh waktu itu sangat berharga! Saya mendapat beberapa kali panggilan kerja dan tes, tapi saya sendiri sangat enggak yakin dengan pekerjaan itu. Kata papa, "saya itu orangnya idealis." Maka dari itu, saya sedikit lama dapat pekerjaan tetap usai lulus.

Saya lulus bulan Agustus 2016 dan saya mendapat pekerjaan (yang beneran jadi pekerja di sebuah perusahaan) pada bulan November 2016. Tiga bulan waktu yang lumayan panjang kalau dipikir. Mengingat saya selo banget. Tiap hari bangun tidur, binggung mau ngapain aja. Adanya cuma main, nongkrong, dan hal-hal yang bikin kantong kering. Gaji atau tabungan hasil ngumpulin pekerjaan sebelumnya semakin menipis. OMG!

Pada akhirnya saya sadar, 'dapat label xxx itu sangat membebani diri. Orang yang nggak ada kerjaan akan stres dengan mudah kalau nggak segera dapat kerjaan. Saya pun mengalaminya, saya sedikit terguncang melihat satu per satu teman udah punya gawean. Meski begitu, saya selalu yakin bahwa semua akan ada batasnya. Kamu nggak bakal nganggur terus kok. Pasti ujungnya dapat kerjaan, meski nggak tahu butuh berapa lama. Tiap orang kan beda-beda, nggak bisa dijadikan patokan cepat lamanya. Rejeki orang udah ada yang nentuin dan ngatur. Jadi nggak perlu khawatir. :)

Tak berselang lama, bulan November 2016 kemarin adalah bulan pertama saya bekerja. Saya bekerja di sebuah startup media online di Yogyakarta. Saya sendiri baru tahu lokasinya kalau di Jogja, ketika saya ditelepon malam hari usai kirim lamaran di siang harinya. Pekerjaan pertama saya adalah meliput dan mencari orang-orang sederhana namun penuh inspirasi. Saya bekerja untuk rubrik Wajah Jogja. Kamu bisa melihat hasil liputan saya di Instagram Wajah Jogja atau websitenya di link berikut.

Berikut ini adalah sosok-sosok Wajah Jogja yang menjadi narasumber saya. Sebenarnya ada lebih dari yang di foto, entah karena alasan apa. Beberapa sosok yang saya wawancara tidak dimuat oleh editor.

Para narasumber yang inspiratif!

Para narasumber yang inspiratif!

Segini dulu ya, nanti saya sambung di postingan selanjutnya ya! See you!

XOXO

You Might Also Like

1 comments