Legaaaaaa, alhamdulillah banget ujian nasional empat hari terlewati dengan lancar :D
selesai mendengar bunyi lonceng dipukul *teeeng* sebagian temen mengungkapkannya dengan teriak dan mengucap syukur pada Allah swt :) alhamdulillah :D
setelah semua siswa keluar dari ruang ujian, saya dan teman-teman dikumpulkan di ruang sanggar sekolah. Pada saat itu, semua teman berdiri berjajar*khusus yang beragama islam, kita dipimpin oleh seorang guru. kita bareng-bareng sujud syukur dan menyerukan Allahu Akbar :D aku jadi mbrambangi deh*.*-kayak mau nangis_red
pokoknyaa, Allah SWT akan memberikan yang terbaik buat saya dan teman-teman :D

Allah swt akan menilai usaha kita, ku serahkan semuanya padaMu :D

sukses buat UN dan SNMPTN :D

BISMILLAHIROHMANIRROHIM
GO TO KOMAKO :D
AMIIN

SALAM SUKSES TEMAN :D

Moving On ! kata itu terlintas aje saat aku lagi ujian sekolah mata pelajaran sejarah. Apa coba hubungannya sejarah ma moving on ? mungkin karena moving on berbau dengan sesuatu yang pernah terjadi dan masih melekat di pikiran kita seperti peristiwa sejarah.

Jujur saja setiap orang pasti pernah ngalamin susah banget ngilangin atau ngebuang kenangan sama orang yang dulu pernah ada di kehidupan kita. Sapa yang belum pernah? *bohong banget deh*.

你 直道 吗？(Tahukah kamu) Nyemangatin orang buat moving on itu lebih mudah daripada jadi orang yang ngalamin!

Pernah, suatu ketika aku belum bisa ngilangin beberapa hal dalam pikiran. Padahal pengen banget hal itu ilang dan kalo bisa nggak inget aja deh. Pikiran itu kalo diterusin juga gak ngasih efek positif. Tapi setiap pengen lupa malah semakin keinget. Jadi keinget beberapa kata-kata

milik teman, yang masih aku inget.

“Semakin kamu mau ingin melupakan, sebenarnya semakin sulit untuk ngilanginnya. Mending dijadiin kenangan aja.”

Aku juga inget waktu baca buku Separuh Bintang, ada kata-kata yang intinya lebih baik kita membekukannya bukan melupakan suatu kejadian. Karena melupakan itu sulit. Kalau membekukan, kita kan bisa mencairkannya sewaktu-waktu.

Haha ini malah pesen temenku yang bisaaa banget dijadikan pedoman:

“Rasah dipikir abot-abot! Ndak cepet tuwo”

Kalo uda denger itu kata keluar dari temen, langsung aje gak ada kata aaaaah…, tapiiiiii… namun langsung aja dipikiran*OH IYA YAH !

Trus pernah denger ada orang bilang,

“Kalo kamu nggak bisa atau belum bisa moving on sama seseorang yang dulu pernah deket, padahal si dia uda seneng sekarang. Si dia juga ga mikirin kamu, tapi kamunya masih belum bisa moving on sama dia. Itu namanya kamu menyia-nyiakan waktumu !” *JLEB

Rasanya kayak dirugiin banget ya, kalo belum bisa moving on !

So, ayo kita moving on bareng-bareng ! Udaahlaaah, yang dulu ya dulu. Sekarang ya sekarang. Ayoo isi kegiatan kita dengan kegiatan yang gak bikin kita inget dia. Lagian ya, terlalu mikirin itu bikin cepet tua. Hahay :D ayooo kita nyanyi lagunya Andien-Moving On bareng-bareng:DDD

Last giraffe in Surabaya zoo dies

Wahyoe Boediwardhana, The Jakarta Post, Surabaya | Fri, 03/02/2012 11:24 AM

Kliwon: A dead giraffe in Surabaya zoo. Antara/M Risyal Hidayat

The last giraffe in Surabaya zoo, Kliwon, died on Thursday evening due to unknown causes.

The 21-year-old giraffe had collapsed in his stall a day before. The giraffe keeper said that Kliwon had lost his appetite over the past few days.

Zoo management team chief Tony Sumampau said on Friday that he regretted the giraffe’s death, saying that the giraffe had already been treated by the zoo’s medical team.

The remains were undergoing an autopsy, he said. “Some of his organs will be sent to Airlangga University’s pathology department and some others will go to the East Java Police’s forensic department to determine the cause of death,” Tony told The Jakarta Post.

Tony added that the zoo would publish the results once the autopsy was completed.

Surabaya Police chief Sr. Comr. Tri Maryanto said that the police were ready to carry out a forensic test to establish whether or not the death was natural.

East Java wildlife conservation forum (Foksi) blamed the prolonged dispute over the management of the zoo for the death of the animal.

“This is outrageous, we should end this. We demand every party to reconcile for the sake of the animal welfare,” Foksi program manager Indra Harsaputra said on Thursday evening.

The dispute over the zoo’s management has long been an issue. The Surabaya administration claimed that it had the right to manage the 15-hectare zoo because it owned the land.

Meanwhile, the Forestry Ministry, through the Natural Resources Conservation Agency, appointed the Surabaya zoo management team to manage the zoo as the Surabaya administration was not licensed to act as in a management capacity. (swd)